Di tengah peringatan Hari Satwa Sedunia yang diperingati setiap 4 Oktober, sebanyak 40 ekor monyet jenis ekor panjang yang pernah menjadi korban eksploitasi pertunjukan Topeng Monyet akhirnya kembali bebas berkeliaran di hutan.
Kamis (7/10/2021) lalu, para pejuang kesejahteraan hewan dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN) bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim dan pemda setempat melepasliarkan para monyet ke Suaka Margasatwa Pulau Nusa Barung, Jember.
“Ada tiga kelompok monyet ekor panjang. Totalnya 40 ekor. Semuanya mantan topeng monyet yang sudah menjalani resosialisasi dan rehabilitas, kami relokasi ke hutan agar kembali liar,” kata Rifqi Ajir Koordinator JAAN untuk wilayah Jatim kepada suarasurabaya.net, Sabtu (9/10/2021).
Rehabilitasi satwa primata yang diselamatkan dari eksploitasi para pelaku Topeng Monyet itu, kata Ajir, merupakan proses yang cukup panjang.
Mulai dari karantina, perawatan medis, sosialisasi, survei pra-pelepasliaran, relokasi, hingga pelepasliaran dan pemantauan pasca-pelepasliaran.
“Program penting bisa terlaksana berkat kerja sama multi pihak. Terutama dengan Pemda Kabupaten Jember, BKSDA Jatim, dan banyak pihak yang telah mendukung kami,” ujarnya.
Setidaknya ada 40 orang dalam tim pelepasliaran itu yang terlibat. Masing-masing orang membawa satu satu kandang habituasi yang berisi seekor monyet. Mereka menempuh perjalanan ke Suaka Margasatwa Pulau Nusa Barung.
Kamis itu, Hendy Siswanto Bupati Jember turut mengantar tim pelepasliaran monyet ekor panjang ini dari Pantai Nyamplong Kobong, Jember ke Suaka Margasatwa Nusa Barung. Termasuk di dalam tim itu, Femke Den Haas Pendiri JAAN.
Setelah pelepasliaran itu, sebagian Tim JAAN masih akan melakukan pemantauan para monyet di Nusa Barung. Pemantauan ini akan berlangsung selama dua pekan untuk memastikan bahwa mereka benar-benar kembali bebas.(ant/den)