Minggu, 19 Januari 2025

Komnas HAM Wanti-wanti Pernyataan Pejabat Jadi Atensi Internasional

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ahmad Taufan Damanik Ketua Komnas HAM. Foto: Istimewa

Ahmad Taufan Damanik Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI mengkhawatirkan pernyataan-pernyataan pejabat atau pemangku kepentingan di Tanah Air yang terkait dengan HAM menjadi atensi internasional.

“Saya khawatir pernyataan Wakil Menteri Hukum dan HAM beberapa waktu lalu, apakah ini sekadar peringatan saja atau memang sungguh-sungguh ingin diimplementasikan,” kata Ahmad Taufan Damanik, Jumat (12/3/2021).

Seperti diketahui, Edward Omar Sharif Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Wamenkumham) menyebutkan dua mantan Menteri yang tersandung kasus pidana korupsi di tengah pandemi Covid-19, yakni Edhy Prabowo dan Juliari P. Batubara, layak dituntut hukuman mati.

Ia mengkhawatirkan pernyataan yang menjurus pada persoalan hukuman mati menjadi perhatian dunia sehingga masuk dalam daftar pertanyaan pada sidang dewan HAM internasional.

“Saya kira harus ada kehati-hatian dari Pemerintah kita, terutama pengambil kebijakan,” katanya.

Menurut dia, kebijakan Pemerintah tidak hanya dilihat dari kemampuan mengatasi pidana tertentu, misalnya korupsi dan terorisme, tetapi internasional juga akan melihat rekam jejak Indonesia terkait dengan perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia.

Peta jalan dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengarah pada penghapusan hukuman mati. Oleh sebab itu, negara-negara yang masih menerapkan hukuman mati, termasuk negara yang melakukan pembenahan, misalnya Indonesia selalu diingatkan untuk terus melakukan pemenuhan hak asasi manusia, yaitu penghapusan hukuman mati.

Secara umum, Indonesia terikat pada Konvensi Kovenan tentang Hak-Hak Sipil dan Politik. Di dalamnya terdapat pasal yang mengatur hak hidup yang dianggap absolut.

Jika dilihat lebih perinci pada Pasal 6 Ayat (2) mengatakan bahwa negara-negara yang masih menerapkan hukuman mati memang terdapat toleransi dengan batasan tertentu. Pertama, hanya diberikan atau diperbolehkan kepada pelanggaran HAM berat jika merujuk pada standar PBB.

Dalam pasal tersebut hanya empat bentuk pelanggaran yang bisa dijatuhi hukuman mati, yakni genosida, kejahatan kemanusiaan, agresi, dan kejahatan perang. Sementara itu, Indonesia hanya mengadopsi genosida dan kejahatan kemanusiaan yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000.

Oleh sebab itu, jika ada pihak-pihak yang memperdebatkan apakah tindakan korupsi, narkoba, dan terorisme masuk pada pelanggaran HAM berat, menurut dia, jawabannya tidak berdasarkan standar PBB. Namun, Pemerintah Indonesia memandang tiga kejahatan tersebut tergolong pada kejahatan luar biasa.(ant/dfn/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Minggu, 19 Januari 2025
26o
Kurs