Areal hutan dan lahan yang terbakar sepanjang Januari hingga November 2021 mencapai 353.222 hektare atau bertambah luas dibandingkan areal hutan dan lahan yang terbakar pada 2020, yang luasnya 296.942 hektare menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Ada sedikit kenaikan. Kenaikan ini terjadi di beberapa provinsi, dua provinsi utama, dan kejadian kebakaran hutan ini terjadi di luar kawasan hutan dan di daerah non-mineral,” kata Laksmi Dhewanthi Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam acara Refleksi Akhir Tahun 2021, Kamis (23/12/2021).
Baca juga: PM Yunani Pecat Menterinya yang Lambat Tangani Kebakaran Hutan
Menurut data KLHK yang dikutip Antara, areal hutan dan lahan yang terbakar utamanya semakin luas di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Areal hutan dan lahan yang terbakar di wilayah NTB pada 2020 tercatat 29.157 hektare dan bertambah luas menjadi 100.908 hektare pada 2021. Di wilayah NTT, areal hutan dan lahan yang terbakar luasnya 114.719 hektare pada 2020 dan bertambah luas menjadi 137.297 hektare pada 2021.
Laksmi mengatakan bahwa luas areal hutan dan lahan yang terbakar pada 2021 berkurang 1.547.598 hektare, atau 87 persen lebih jika dibandingkan dengan luas areal hutan dan lahan yang terbakar pada 2014.
Selain itu, ia melanjutkan, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada tahun 2020 dan 2021 asapnya tidak sampai melintasi batas negara.
Baca juga: 50 Gajah Selamat dari Kebakaran Hutan di Sumatera Selatan
Laksmi menekankan bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran utamanya harus difokuskan pada kawasan-kawasan yang sering mengalami kebakaran.
“Kita masih harus fokus kepada wilayah-wilayah lain di luar kawasan hutan, terutama di kawasan pertanian dan perkebunan,” katanya.(ant/dfn/ipg)