Menurut data Bappenas, perkiraan food waste di Indonesia antara 23 juta-48 juta ton per tahun. Sedangkan makanan konsumsi yang terbuang di Indonesia bisa mencapai 115-184 kg per orang dalam setahun.
Bila jumlah penduduk Jawa Timur pada 2020 mencapai 40.665.700 jiwa, maka menurut Khofifah Gubernur Jatim, potensi food waste di Jatim antara 4,6-7,4 juta ton per tahun atau sekitar 15,59 persen-20,33 persen terbuang.
“Kami berharap, masyarakat bisa mulai mengubah pola pikir dan lebih bijak mengelola makanan,” katanya, Sabtu (16/10/2021). “Perkirakan dengan baik jumlah makanan yang diperlukan.”
Salah satu cara yang direkomendasikan oleh Khofifah adalah dengan merencanakan menu makanan di rumah secara seksama, sehingga tidak ada makanan yang harus dibuang menjadi limbah rumah tangga.
Mantan Menteri Sosial itu juga mengingatkan kepada generasi muda agar bisa memilih bahan pangan yang sehat, aman, bergizi, dan juga bermutu.
“Generasi milenial bisa menjadi duta keamanan pangan dan mengajak lingkungan disekitarnya membeli panganan produk lokal. Atau dengan berinovasi memakai produk lokal misalnya porang,” ujar Khofifah.
Mantan Menteri Sosial ini pun mengajak para generasi milenial untuk menjadi konsumen yang cerdas dan kritis memilih pangan. Serta harus mampu mengajak masyarakat menjaga daya tahan tubuh di masa pandemi Covid-19.
“Generasi milenial harus proaktif jadi agen perubahan. Selain mengampanyekan kebiasaan baru, harus menebar semangat untuk membangun hidup sehat dan cerdas dalam memilih pangan yang aman, bermutu, dan bergizi,” ujarnya.
Di sisi lain Khofifah juga berharap, kebutuhan pangan masyarakat harus terpenuhi dan tidak ada lagi masyarakat yang tidak bisa memenuhi gizinya. Apalagi, dia mengeklaim, Jatim sudah menjadi provinsi swasembada pangan.
Ada surplus komoditas baik beras maupun jagung di Jatim. Sebagai provinsi dengan kawasan maritim dan agraris tropis dengan potensi produksi pangan yang beragam dan besar, Khofifah mengatakan, Jatim sejatinya berpeluang jadi provinsi besar yang maju dan makmur.(den)