Jumat, 22 November 2024

Khofifah Ajak Pemda di Selatan Jatim Perkuat Mitigasi Gempa dan Tsunami

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur bersama rombongan di pantai Watu Ulo, Jember pada Sabtu (18/12/2021). Foto: Humas Pemprov Jatim

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur mengajak pemerintah kabupaten/kota di sepanjang selatan Jawa Timur memperkuat mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami.

Dalam keterangan tertulisnya, Khofifah menyebutkan bahwa pertimbangannya adalah meningkatnya aktivitas kegempaan di wilayah itu selama lima tahun terakhir.

Berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sepanjang 2013-2015, jumlah gempa bumi di Jatim dengan beragam magnitudo terjadi kurang dari 230 kali per tahun.

Akan tetapi pada 2016 hingga 2020, jumlah gempa bumi dengan beragam magnitudo meningkat menjadi lebih dari 450 kali setahun, dengan frekuensi tertinggi 655 kali pada 2016 lalu.

“Kepada kepala daerah mohon untuk segera melakukan audit kelayakan konstruksi bangunan dan infrastruktur, penyiapan jalur dan sarana prasarana evakuasi yang layak dan memadai,” kata Khofifah.

Dia sampaikan itu saat mengunjungi wilayah terdampak gempa magnitudo 5,1 di Desa Ambulu, Dusun Krajan, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember bersama rombongan pada Sabtu (18/12/2021).

Menurut Khofifah, penguatan dalam hal mitigasi itu harus dilakukan untuk meminimalisir dampak yang terjadi jika sewaktu-waktu gempa bumi dan tsunami menghantam selatan Jatim.

Pemerintah Daerah menurut Khofifah harus segera membuat rencana aksi dengan berbagai skenario, dari yang ringan sampai antisipasi dampak terburuk.

Rencana aksi itu juga harus mencakup jalur evakuasi, proses evakuasi dan pola penanganan pengungsi jika bencana terjadi.

Selain mitigasi, lanjut Khofifah, perlu juga penguatan dalam hal literasi bencana masyarakat. Dengan begitu masyarakat tidak gagap dan bingung serta tahu harus berbuat apa saat bencana terjadi.

“Masyarakat ini harus mengerti kalau memang suatu daerah berpotensi untuk tsunami, gempa sebenarnya sudah menjadi early warning system. Maka sosialisasi tentang mitigasi bencana harus ditingkatkan karena masyarakat harus bisa melakukan evakuasi mandiri,” jelasnya.

“Karena enggak akan nutut (tercapai), kalau mengikuti ritme dan menunggu relawan datang. Sebab, kemungkinan jarak dari gempa ke tsunami biasanya 20 menit saja,” lanjutnya.

Sementara itu, Rakhmat Kepala Pusat Seismologi Teknik BMKG Pusat mengatakan, masih akan ada potensi gempa berkekuatan besar yang timbul di selatan Jawa Timur. Untuk itu, sudah harus ada penanganan dan persiapan dari sekarang.

“Skenario terburuk  ada di Selatan Jawa dengan skala VI VII MMI. Potensi kerusakan luar biasa dan bisa menimbulkan tsunami sampai 29 meter. Kerusakan juga berdampak ke 200-250 km dari bibir pantai. Sumber gempa sudah ada di sana dengan magnitudo 7.0, termasuk di daratan juga ada. Jadi kita sudah harus bersiap dari sekarang,” tutupnya.(iss/den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs