Parlemen punya peranan penting mengawal kebijakan terkait perubahan iklim. Memastikan komitmen pemerintah pada pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.
“Pembangunan harus beralih mendukung ekonomi hijau. Memikirkan dampak lingkungan,” kata ujar Fadli Zon Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR saat menjadi pembicara dalam pertemuan parlemen internasional di Glasgow, Skotlandia, Minggu (7/11/2021).
Pertemuan tersebut digagas oleh Inter-Parliamentary Union (IPU) dan British Group Inter-Parliamentary Union di sela-sela COP26. Selain Fadli dalam sesi tersebut hadir juga Caroline Lukas anggota Parlemen Inggris, Rik Daems Presiden Majelis Parlemen Dewan Eropa (PACE), dan Zaid Al-Ootom Ketua Bidang Energi Parlemen Yordania.
Fadli menambahkan kolaborasi dunia internasional sangat dibutuhkan untuk mewujudkan emisi nol karbon. Terutama dalam riset menghasilkan energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Bagi negara-negara berkembang, hal ini juga menjadi tantangan tersendiri karena minyak bumi dan batu bara seringkali menjadi sumber devisa utama.
“Dibutuhkan riset untuk menghasilkan bahan bakar terbarukan yang terjangkau sehingga bisa menggantikan energi fosil,” ujarnya.
Menurut dia Indonesia memiliki komitmen untuk mewujudkan emisi nol karbon pada tahun 2060. Namun Fadli berharap hal ini bisa terwujud lebih cepat sesuai dengan harapan dunia internasional pada tahun 2050. Tentu hal ini tidak mudah.
“Perlu kebijakan yang tepat dan kerja sama dari semua pihak. Bagaimana mengubah persepsi masyarakat tentang emisi nol karbon ini,” pungkas dia.(faz/tin/rst)