Edy Suharmanto Direktur Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengatakan, pihaknya sangat mendukung percepatan program vaksinasi untuk para guru dan tenaga pendidik agar Pelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas dapat cepat dilaksanakan.
Untuk itu, kata Edy, Kemendagri segera mengadakan pertemuan dengan Sekretaris Daerah (Sekda) dan jajarannya untuk mempercepat program vaksinasi terhadap Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK)
“Sebagai bentuk dukungan terhadap PTM terbatas, Kemendagri akan melakukan pertemuan dengan sekretaris daerah serta melibatkan juga para camat, lurah, dan kepala desa untuk mendorong daerah dalam upaya mempercepat pelaksanaan vaksinasi bagi guru dan tenaga pendidikan,” ujar Edy dalam keterangannya, Kamis (16/9/2021).
Sebelumnya, terkait learning loss atau penurunan capaian pembelajaran, Nadiem Anwar Makarim Mendikbudristek mengatakan, pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang berkepanjangan bisa berdampak besar dan permanen, sehingga bisa menyebabkan anak-anak Indonesia tidak bisa mengejar ketertinggalan.
Dampak tersebut di antaranya dapat dilihat dari aspek putus sekolah, penurunan capaian pembelajaran, dan kesehatan mental serta psikis anak-anak, di mana semuanya bisa menjadi risiko yang lebih besar dibandingkan risiko kesehatan.
“Kami mohon sekali kepada daerah untuk menyelamatkan anak-anak kita yang mengalami learning loss. Generasi ini akan sangat sulit untuk mengejar ketertinggalan ke depannya. Kami harap percepatan penuntasan vaksinasi PTK bisa menjadi dorongan untuk mengembalikan anak ke sekolah secara terbatas,” ujar Mendikbudristek.
Nadiem menjelaskan, pandemi Covid-19 telah menyebabkan learning loss yang sangat signifikan. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh INOVASI dan Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak) Kemendikbudristek, pendidikan di Indonesia sudah kehilangan 5-6 bulan pembelajaran per tahun.
Kemudian riset Bank Dunia dengan topik yang sama menyatakan, dalam kurun waktu 0,8 sampai dengan 1,3 tahun, compounded learning loss dengan kesenjangan antara siswa kaya dengan siswa miskin meningkat 10 persen.
Riset juga menyatakan bahwa tingkat putus sekolah di Indonesia meningkat sebesar 1,12 persen, di mana angka tersebut 10 kali lipat dari angka putus SD Tahun 2019. Bank Dunia memperkirakan, saat ini di Indonesia ada 118.000 anak usia SD yang tidak bersekolah. Angka tersebut lima kali lipat lebih banyak daripada jumlah anak putus SD Tahun 2019.(faz/dfn/ipg)