Irvan Widyanto Wakil Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Surabaya menyebutkan, selama tujuh hari terakhir ada sebanyak 340 jenazah yang dimakamkan sesuai protokol Covid-19 di Keputih dan Babat Jerawat.
Angka itu, menurutnya menjadi angka tertinggi tren kematian dibandingkan data yang ada sebelumnya. Ditambah lagi penuhnya RSUD Dr Soetomo, yang mengakibatkan pemulasaraan jadi lama.
Pemerintah Kota Surabaya pun mengambil langkah taktis menghadapi kematian yang meningkat di masa pandemi Covid-19.
Menurut Irvan, Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya sudah memerintahkan Dinas Sosial mengambil alih pemulasaraan jenazah, khususnya bagi warga Surabaya, bila RSUD dr Soetomo tidak mampu.
“Pemkot mohon maaf yang sebesar-besarnya atas keterlambatan pelayanan tapi akan terus berusaha lakukan pelayanan yang terbaik,” kata Irvan kepada Radio Suara Surabaya, Senin (28/6/2021) malam.
Dia menjelaskan, selama ini pemulasaraan warga yang meninggal dunia dilakukan di RSUD dr Soetomo. Namun, pada Senin siang, pemulasaraan yang biasanya selesai 2 jam sekarang antre sampai 10 jam. “Memang situasinya penuh,” katanya.
Irvan berkoordinasi dengan Kapolsek Gubeng ke RSUD dr Soetomo. Menurutnya ada sejumlah faktor yang memengaruhi lamanya proses pemulasaraan.
Pertama, keterbatasan personel pemulasaraan, baik laki-laki maupun perempuan. Kedua, keterbatasan peti mati.
Pemkot akan melaksanakan pemulasaraan darurat di krematorium Keputih. Pemerintah Kota Surabaya sudah memanggil para modin laki-laki maupun perempuan.
“Para modin ini dilatih Dinas Kesehatan untuk pemulasaraan. Ketersediaan peti mati khusus warga Surabaya juga difasilitasi DKRTH Kota Surabaya,” ujarnya.
Dengan adanya kebijakan ini, kalau ada warga Surabaya yang meninggal di rumah, pihak keluarga atau warga bisa langsung menghubungi 112.
Selanjutnya, tenaga medis akan melakukan pengecekan kematiannya. Setelah itu, dinkes datang mengambil jenazah untuk pemulasaraan dan pemakaman dengan protokol Covid-19.
“Kasihan kalau terlalu lama. Pihak keluarga pasti makin sedih. Kebanyakan pihak keluarga kebingungan menunggu lama ambulance datang karena memang melayani di semua tempat,” ujarnya.
Ketika sudah mengangkut jenazah dan melakukan pemakaman, seharusnya para petugas dan ambulans segera melayani yang lain.
“Nah ini tidak. Sudah telanjur mengangkut jenazah, stagnan karena menunggu pemulasaraan. Akhirnya kejadian lain yang butuh ambulans untuk jenazah tidak terlayani. Makanya kami ambil alih sehingga ada sirkulasi untuk pengambilan jenazah,” kata Irvan.
Untuk mempercepat penanganan, Pemkot juga menambah tenaga Tim Gerak Cepat (TGC). Ambulance Dinsos yang biasanya untuk membawa orang sakit juga diperbantukan untuk TGC dan pengangkutan jenazah.(iss/den)