Prosedur karantina Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang datang melalui Bandara Internasional Juanda dan melakukan isolasi di Asrama Haji Sukolilo diperketat.
Jika sebelumnya barang yang dibawa oleh PMI boleh dibawa pulang keluarga, tapi sekarang tidak diperbolehkan. Kecuali makanan atau oleh-oleh yang mudah busuk, bisa dititipkan ke petugas. Selanjutnya petugas yang akan memberikannya langsung ke keluarga bersangkutan.
Menurut Sugianto Kepala Asrama Haji Sukolilo, upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi PMI yang kabur dari karantina, seperti sebelum-sebelumnya.
“Tahun kemarin ada yang melarikan diri, cuma ketangkap semua. Ada yang menyamar sebagai jamaah salat subuh, setelah itu bubar salat macak jamaah biasa. Karena mencurigakan kita tanyai, ternyata ketahuan PMI,” kata Sugianto kepada Radio Suara Surabaya, Senin (27/12/2021).
Baca juga: Satgas Jatim Siapkan Prosedur Karantina PMI yang Melalui Bandara Juanda
Ia melanjutkan, “ada yang kabur dengan naik pagar belakang. Namun karena terjatuh, akhirnya ketangkap”.
Untuk itu, barang bawaan PMI tidak boleh dibawa pulang keluarga, yang berpotensi memudahkan PMI yang mencoba kabur dari prosedur karantina.
Begitu juga saat ini PMI tidak melakukan karantina di daerah atau kabupaten/kota masing-masing, tapi hanya di Surabaya. Aturan ini diterapkan setelah sebelumnya, banyak PMI yang balik ke daerah dan tidak melakukan karantina.
“Kalau sekarang langsung 10 hari di Asrama Haji, karena terpantau di daerah banyak yang (karantina) tidak terlaksana,” ungkap Sugianto.
Ia menyadari, dengan lamanya masa karantina yang mulanya 3 hari menjadi 10 hari, membuat para PMI jenuh dan bosan. Apalagi, aturan karantina semakin diperketat. Seperti satu kamar yang mulanya diisi 4 orang, hanya menjadi 2 orang.
“Kemarin kita sampaikan (ke Menhub) kalau 10 hari PMI nggak boleh ke luar sama sekali akan ada kejenuhan. Tiga hari kemarin saja banyak yang teriak-teriak pengen pulang,” katanya.
Baca juga: Bandara Juanda akan Jadi Pintu Masuk Baru Pelaku Perjalanan Luar Negeri
Juga yang sebelumnya masih bisa memesan makanan dari luar, menjadi tidak boleh dan hanya makan dari yang sudah disiapkan petugas.
Para PMI juga dilarang ke luar kamar bahkan hanya untuk berjalan-jalan di sekitar asrama. Makanan pun akan diantar petugas langsung ke kamar masing-masing.
Untuk itu, pihaknya masih melakukan koordinasi tentang fasilitas apa saja yang mungkin dapat ditambah, seperti televisi dan wifi, dan perlu tidaknya mendatangkan psikolog untuk para PMI.
Baca juga: Menhub Cek Kesiapan Bandara Juanda Layani Pekerja Migran Indonesia
Sampai saat ini, Asrama Haji Sukolilo menyediakan 14 gedung dengan total kapasitas 344 kamar tidur untuk tempat karantina PMI. Dengan satu kamar berisi dua orang, maka Asrama Haji dapat menampung total 688 PMI. Sedangkan, diperkirakan setiap harinya akan ada 150-200 PMI pulang ke Tanah Air melalui Bandara Juanda.
Untuk itu, pemerintah telah menyediakan Balai Diklat Keagamaan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidik (LPMP) yang berlokasi di Ketintang Surabaya untuk tempat karantina PMI jika kapasitas di Asrama Haji tidak cukup.
Biaya karantina PMI ini, lanjut Sugianto, sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Dengan biaya akomodasi (tanpa makanan) per kamar adalah Rp300 ribu, maka biaya yang ditanggung pemerintah adalah Rp150 ribu per malam untuk setiap PMI.
Jika hasil swab PMI terbukti positif Covid-19, maka mereka akan langsung dibawa ke Rumah Sakit Lapangan Indrapura.
Sedangkan untuk non PMI, artinya ke luar negeri karena bisnis dan berlibur, karantina dilakukan di hotel yang direkomendasikan dengan biaya ditanggung mandiri.(tin/rst)