Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur Jawa Timur mengakui, untuk mencapai kapasitas testing Covid-19 yang ideal, demi memenuhi deteksi kasus yang lebih akurat memang sulit dilakukan.
Dia sampaikan hitung-hitungan ideal pelaksanaan testing per hari yang perlu dilakukan oleh sebuah daerah. Yakni dengan mengalikan 15 kali jumlah kasus harian yang terdata di daerah tersebut.
“Kalau kami hitung rasio ideal setiap harinya. Misalnya, ambil lah rata-rata 5 ribu kasus per hari. Jumlah itu kalau dikali 15, artinya harus ada 75 ribu tes per hari. Kalau per hari, ya, enggak mungkin lah kapasitas kita memadai,” ujarnya dalam gelar wicara di Radio Suara Surabaya, Selasa (27/7/2021).
Kapasitas maksimal harian tes Covid-19 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di Jawa Timur saat ini hanya 11.900 tes dengan total alat tes sebanyak 147 yang tersebar di berbagai laboratorium di berbagai daerah di Jatim.
Itu pun, kata Emil, saat ini tes PCR juga lebih banyak dipakai untuk pasien yang sudah dirawat, karena hasil tes itu dibutuhkan oleh dokter untuk memantau perkembangan penanganan pasien.
“Artinya, dengan kapasitas 11.900 dari hampir 150 alat tes (PCR) itu, banyak terpakai untuk monitoring pasien eksisting, bukan untuk entry tes pasien baru, baik itu isolasi terpusat mau pun di rumah sakit,” ujarnya.
Karena itulah, kata Emil, pemerintah memutuskan tes cepat antigen sudah bisa menjadi alat diagnosis pasien Covid-19 setara PCR. Tujuannya untuk mempercepat testing agar lebih masif.
Dengan demikian, hasil tes cepat antigen saat ini, seperti yang sudah diatur oleh Kemenkes, sudah boleh menjadi dasar keputusan apakah seseorang perlu dapat perawatan sebagai pasien Covid-19.
“Kapasitas tes kita (Jatim) itu sudah hampir maksimal betul. Walau pun kami akui, setengah dari kapasitas (testing) itu di Surabaya. Karena, kan, lab-lab swasta yang mengadakan (tes), kebanyakan, ya, di Surabaya,” ujarnya.
Mengenai itu, Emil menyatakan, bukannya Pemerintah yang tidak ingin dan tidak bisa merata. “Tapi (lab) swastanya yang lebih banyak memilih di Surabaya (sebagai Ibukota Provinsi),” katanya.
Kembali pada standar ideal, Emil yang merupakan Mantan Bupati Trenggalek itu mengatakan, sebenarnya kapasitas maksimal tes PCR di Jatim sudah bisa memenuhi standar organisasi kesehatan dunia WHO.
“Karena kalau standar WHO, sebetulnya, kita cuma require (membutuhkan) 40 ribu per minggu (1/1000 dari 40 juta penduduk Jatim). Tapi saat disebutkan standar WHO, banyak publik yang menyerang. Pilih-pilih standar, utak-atik data. Begitu,” ujarnya.
Seperti diketahui, ketika menyampaikan pengumuman tentang perpanjangan penerapan PPKM sampai 2 Agustus, Minggu (25/7/2021) kemarin, Joko Widodo Presiden, salah satunya meminta kepala daerah meningkatkan isolasi terpusat (treatment), testing, dan tracing (3T).
Dia sampaikan, 3T itu bentuk kewaspadaan yang bisa dilakukan karena tidak ada bisa mengetahui, virus varian apa lagi yang ada di luar negeri yang berpotensi masuk ke Indonesia selain Varian Delta.(den)