Nadiem Anwar Makarim Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) meluncurkan Merdeka Belajar episode ke-11 bertajuk “Kampus Merdeka Vokasi”.
Dua fokus utama program Kampus Merdeka Vokasi adalah Dana Kompetitif Kampus Vokasi (Competitive Fund Vokasi) dan Dana Padanan Kampus Vokasi (Matching Fund Vokasi).
Visi Kampus Merdeka Vokasi, menurut Nadiem, adalah terintegrasinya pendidikan tinggi vokasi dengan dunia kerja demi menghasilkan lulusan yang lebih kompeten, produktif, dan kompetitif.
Sehingga, integrasi perguruan tinggi vokasi dengan dunia kerja bisa dilaksanakan melalui link and match 8+i yang bukan sekadar adanya nota kesepahaman saja.
“Visi kita untuk vokasi sebenarnya sangat sederhana, yaitu untuk memastikan bahwa integrasi antara pendidikan tinggi vokasi dan dunia kerja itu semakin erat. Kita ingin anak-anak kita langsung bekerja dari pembelajaran yang mereka alami di perguruan tinggi vokasi. Goal kita sangat jelas, agar mereka mendapatkan pekerjaan dengan di berbagai macam industri secepat mungkin dan dengan upah yang layak juga,” ujar Mendikbudristek seperti dalam keterangannya, Rabu (26/5/2021).
Fokus pertama Kampus Merdeka Vokasi adalah penawaran dana kompetitif untuk pembukaan program SMK-D2 Jalur Cepat. Program ini berbasis kerja sama antara SMK, dan kampus vokasi, dengan dunia kerja, untuk meningkatkan kualifikasi SDM yang terampil dan unggul dalam waktu yang lebih singkat.
“Lebih hemat masa studi, hemat biaya juga. Jadi, efisiensi ini yang kita ingin tekankan,” kata Nadiem.
Adapun syarat dalam program-program SMK-D2 Jalur Cepat adalah memiliki kemitraan serta kurikulum yang disusun bersama SMK-pendidikan tinggi vokasi-dunia kerja. Kemudian memiliki pengembangan sistem Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) bagi lulusan SMK, serta telah menyusun instrumen pengusulan SMK-D2 Jalur Cepat.
“Untuk memastikan kurikulum SMK itu memang baik, maka perguruan tinggi vokasinya akan memastikan mereka terlibat sedari awal untuk menyusun dan membantu meng-upgrade kurikulum di SMK-nya. Agar RPL ini sukses dan anak-anak ini mendapat prospek yang lebih tinggi, untuk mendapatkan pekerjaan yang baik pada saat mereka lulus dari perguruan tinggi vokasi. Mereka dapat ijazah D2, bukan hanya mendapatkan sertifikasi kompetensi dari SMKnya saja,” jelas Nadiem.
Dana Kompetitif (competitive fund) Kampus Vokasi juga dapat digunakan untuk program peningkatan program studi (prodi) D3 menjadi Sarjana Terapan (D4). Program ini berupaya meningkatkan level program lebih tinggi, sehingga kualifikasi serta soft skills atau karakter siap kerja mahasiswa lebih sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
“Kita menambah kriteria di mana program diploma 3 existing bekerja sama dengan minimal 3 mitra dunia kerja untuk pengembangan kurikulum, pengajar/tenaga ahli, magang/praktikum. Jadi, kita menambah mitranya sebagai kondisi atau syarat untuk menerima bantuan dana kompetitif dari pemerintah,” ujar Nadiem.
Ketentuan lainnya, prodi D3 yang ditingkatkan memiliki akreditasi minimum B/baik sekali, telah menyusun instrumen pengusulan peningkatan Prodi D3 menjadi sarjana terapan, serta mendapatkan izin penyelenggaraan Sarjana Terapan (D4) dari Kemendikbudristek.
Sementara itu, Dana Padanan (matching fund) Kampus Vokasi dapat digunakan untuk tiga hal, yaitu Pengembangan Pusat Unggulan Teknologi (PUT), Hilirisasi produk riset terapan, dan Startup kampus vokasi yang dibangun bersama dunia kerja.
Pengembangan Pusat Unggulan Teknologi (PUT) merupakan perwujudan pusat penelitian dan pengembangan dunia kerja, termasuk penguatan kurikulum di pendidikan tinggi vokasi. Sistem pendanaan yang diterapkan untuk pengembangan PUT adalah pendanaan 3 banding 1 secara cash atau in-kind.
“Pusat Unggulan Teknologi akan membantu memecahkan permasalahan di dunia kerja seperti mengembangkan inovasi teknologi dan mengembangkan produk maupun jasa di dunia kerja,” terang Nadiem.
Selanjutnya, hilirisasi produk riset terapan bertujuan untuk membuat semakin banyak produk penelitian terapan pada pendidikan tinggi vokasi yang membantu mengatasi masalah spesifik yang dihadapi masyarakat atau dunia kerja, ataupun yang bisa mulai dikomersialisasi. Sistem pendanaan untuk hilirisasi produk riset terapan adalah satu banding satu secara cash dan/atau in-kind.
Sedangkan startup kampus vokasi yang dibangun bersama dunia kerja bertujuan untuk menumbuhkembangkan bisnis berbasis iptek dan wirausaha pada Pendidikan Tinggi Vokasi untuk mendorong terbentuknya startup company sebagai bisnis berbasis iptek dan wirausaha. Adapun skema pendanaan untuk pengembangan start-up kampus vokasi adalah satu banding satu secara cash dan/atau in-kind.
“Kami ingin mendorong semangat entrepreneurship di kampus vokasi,” kata Nadiem. Mendikbudristek menyerukan kepada kampus vokasi untuk segera mencari SMK dan dunia kerja untuk menjadi mitra.
“Segera ajukan usulan pendirian program SMK – D2 Jalur Cepat dan peningkatan D3 menjadi Sarjana Terapan (D4) melalui tautan ppptv-ptn.kemdikbud.go.id. Ajukan gagasan riset terapan Anda di kedaireka.id/diksi dan temukan mitra dunia kerja di sana,” imbaunya.
“Sementara, untuk teman-teman di dunia kerja, saya mengajak untuk berpartisipasi dalam program-program kampus vokasi ini untuk mendapatkan solusi pengembangan inovasi teknologi, produk, dan jasa yang anda butuhkan! Untuk pencarian mitra dan informasi program, silahkan mengakses kedaireka.id/diksi,” pesan Nadiem.(faz)