Ayuning Fitri CEO PT Solusi Produk Indonesia mengatakan, saat ini adalah era dimana semua kendaraan akan diusung menjadi kendaraan listrik, termasuk mobil listrik. Ia mn
“Kendaraan roda dua berbahan bakar minyak (BBM) menjadi penyumbang emisi terbesar di Indonesia sebanyak 60 persen, karena memang mayoritas masyarakat menggunakan kendaraan roda dua dalam keseharian,” kata Ayuning saat mengudara bersama Radio Suara Surabaya, rabu (17/11/2021).
Dia juga menjelaskan bahwa hasil dari kendaraan listrik adalah zero emision, atau tidak mengeluarkan polusi sama sekali.
“Meskipun sebenarnya penggunaan listrik yang memakai energi uap dan batu bara juga menghasilkan emisi, tapi presentasenya lebih kecil dibanding emisi kendaraan berbahan bakar minyak,” katanya.
Untuk saat ini CEO yang bergerak di bidang kendaraan listrik itu menyebut bahwa, perkembangan industri kendaraan listrik di Indonesia masih mandek karena tidak ada yang mendukung secara finansial.
“Untuk dukungan industri kendaraan listrik secara finansial memang belum ada, tapi secara sumber daya manusia (SDM) kami sudah mumpuni, itu terbukti dengan produksi massal sepeda motor Gesit,” tuturnya.
Tidak hanya itu, dia juga menerangkan mengenai berbagai kebingungan mengenai permasalahan pengisian daya untuk kendaraan listrik.
“Untuk cara chargernya sangat mudah, kita sudah bekerjasama dengan PLN untuk memanfaatkan fitu yang ada disana, namun ini khusus roda empat karena dayanya cuku besar. Kalau roda dua yang penting ada colokan AC 220v kita bisa mengisi di mana saja.”
Kata Ayuning, untuk Kota Surabaya sendiri sudah terdapat tempat pengisian kendaraan listrik di Jalan Embong Wungu.
Selain itu masyarakat secara umum juga bisa memanfaatkan stasiun pengisian kendaraan listik umum (SPKLU) di PLN terdekat.
Mengenai pertanyaan tentang keamanan kendaraan listik terutama saat digunakan pada musim hujan, Ayuning menyatakan bahwa kendaraan listik sudah teruji keamanannya.
“Point uatama membuat mobil listrik itu soal safetynya, saat diuji kendaraan listrik itu sudah memiliki keamanan yang berlapis dari sisi elektronik, sisi mekanik, ataupun sistemnya. Jadi juga ada sistem untuk mengamankan diri,” jelasnya.
Lanjut Ayu, dia mengeklaim bahwa kendaraan motor yang sudah beredar di pasaran sudah aman, salah satunya motor Gesit yang bisa tergenang sampai 90 cm dari permukaan.
Dia menjelaskan tentang sistem konversi yang bisa jadi solusi bagi masyarakat jika ingin beralih menggunakan kendaraan listrik tanpa ongkos yang mahal.
“Melalui sistem konversi, kendaraan kita akan diganti mesinnya atau disebut swipe engine. Jadi kendaraan bahan bakar minyak diganti mesinnya menggunakan baterai atau dinamo berbahan bakar listrik,”
Untuk kedepannya dia berencana menyiapkan industri kendaraan listrik yang lebih besar, terutama untuk komponennya dalam jumlah besar.
“Karena untuk mobil listrik kita selama ini mayoritas komponennya impor, nanti kita berupaya untuk sparepart dan asemblingnya harus diproduksi di dalam negeri sendiri,” pungkasnya. (wld/rst)