Adib Khumaidi Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengatakan, risiko penularan virus corona di Indonesia, sekarang ada pada titik tertinggi.
Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, per 1 Januari 2021, rasio kasus positif di Indonesia mencapai 29,4 persen. Artinya, dari tiga orang yang diperiksa, ada satu kasus positif.
Karena tingginya risiko penyebaran Covid-19, dia mengingatkan seluruh masyarakat meningkatkan disiplin protokol kesehatan, memakai masker, menjaga jarak fisik dan rutin mencuci tangan.
Selain itu, Dokter Adib mengimbau masyarakat menghindari kerumunan orang, dan mengurangi aktivitas luar rumah kalau tidak ada keperluan mendesak.
Ketua PB IDI terpilih itu bilang, walau pemerintah sudah menyiapkan program vaksinasi, bukan berarti pandemi bisa langsung selesai.
Dia menegaskan, vaksin yang rencananya disuntikkan kepada masyarakat secara gratis, berfungsi untuk mencegah, bukan mengobati.
“Vaksin dan vaksinasi adalah upaya yang bersifat preventif dan bukan kuratif. Meski sudah ada vaksin dan sudah melakukan vaksinasi, kami mengimbau masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat karena risiko penularan saat ini berada pada titik tertinggi dimana rasio positif Covid pada angka 29,4 persen. Situasi akan semakin tidak terkendali kalau masyarakat tidak membantu dengan meningkatkan kepatuhan protokol kesehatan,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (2/1/2021).
Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sudah menyiapkan Program Vaksinasi Nasional yang akan dilaksanakan dua tahap, untuk menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity).
Tahap pertama, pertengahan Januari sampai April 2021, dengan prioritas 1,3 juta petugas kesehatan dan 17,4 juta petugas publik.
Tahap kedua, mulai April 2021, untuk 63,9 juta masyarakat rentan atau risiko penularan tinggi.
Ada beberapa kandidat Vaksin Covid-19 yang akan digunakan dalam program vaksinasi massal, antara lain produksi Sinovac (China), Novavax (kolaborasi Kanada-Amerika Serikat), Pfizer (kolaborasi Jerman-Amerika Serikat), dan AstraZeneca (kolaborasi Swiss-Inggris).
Program vaksinasi baru bisa dilaksanakan sesudah kandidat Vaksin Covid-19 mendapat izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Sekarang, BPOM masih menunggu laporan hasil uji klinis tahap tiga Vaksin Sinovac, dari Tim Riset Uji Klinis Vaksin Virus Corona Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. (rid/ang)