Sabtu, 23 November 2024

HNW: Para Pahlawan Pendiri Bangsa Sudah Memberikan Contoh Kerukunan Umat Beragama

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Hidayat Nur Wahid Wakil Ketua MPR RI dalam acara Sosialisasi Empat Pilar dengan peserta Anggota Muhammadiyah Wilayah Jawa Tengah secara virtual, Minggu (31/10/2021). Foto: Farid suarasurabaya.net

Hidayat Nur Wahid Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) mengajak seluruh umat beragama di Indonesia untuk meneladani dan mempraktikkan kerukunan beragama yang dicontohkan para pendiri Bangsa Indonesia.

Menurutnya, para Bapak Bangsa yang berperan sebagai Anggota BPUPK, Panitia 9, dan PPPKI sudah memberikan contoh baik antarumat beragama mau pun di internal agamanya masing-masing.

“Kerukunan yang dijalin para Bapak Bangsa itu telah menghasilkan kesepakatan Piagam Jakarta (Pembukaan UUD 1945), Pancasila, dan NKRI tetap dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya di Jakarta, Senin (8/11/2021).

Kenegarawanan para Bapak Bangsa, sambung Hidayat, terlihat jelas. Walau berbeda agama, tapi tidak ada satu pun yang anti agama atau menjadi pengikut PKI.

“Keteladanan mereka harus dijadikan rujukan dan penyejuk, terutama saat membicarakan kembali soal Kerukunan beragama dalam bingkai Pancasila dan UUD NRI 1945,” imbuhnya.

Maka dari itu, HNW menekankan pentingnya menghadirkan spirit bergotong royong menguatkan paham dan praktek kerukunan beragama baik intra mau pun antartiap umat beragama.

Mengulangi peran sejarah Pahlawan Bangsa, kata Hidayat, bisa menjadi pilar untuk menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa.

Seperti pembelahan warga karena Pilpres, kemunduran nilai religiusitas dengan maraknya korupsi, kemerosotan moral dan kerusakan lingkungan. Serta pandemi Covid-19 dan dampak-dampak sosial ekonominya.

Juga dengan mengkritisi kebijakan yang mengabaikan norma agama sehingga tidak sesuai dengan sila pertama Pancasila dan UUD NRI 1945.

HNW menambahkan, upaya melindungi dan mempraktikkan nilai-nilai agama yang baik dan benar, perlu dilakukan, agar peristiwa yang menghancurkan Negara dan Agama seperti pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) tidak berulang lagi.

Dia menilai, pemberontakan itu merupakan puncak kejahatan terhadap Bangsa dan Negara yang berawal olok-olok kalangan komunis yang berpaham atheis terhadap nilai-nilai agama.

“Kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa Pemberontakan yang dilakukan PKI. Karenanya, umat beragama penting waspada dan menyatukan sikap, apabila ada pihak-pihak yang mulai menjadikan agama sebagai bahan olok-olok. Karena begitulah yang awalnya dilakukan oleh para atheis komunis sebelum terjadinya pemberontakan PKI. Olok-olok itu digunakan untuk mendesakralisasi agama dan melemahkan spirit umat beragama dari meyakini kebenaran ajaran agamanya,” imbuhnya.

Lebih lanjut, HNW mengingatkan pentingnya memupuk dan menguatkan kerukunan antarumat dan internal umat beragama.

“Ada banyak instrumen yang bisa kita gunakan, yang paling utama tentu pemahaman dan pengamalan yang baik dan benar terhadap Pancasila dan UUD NRI 1945. Sesuai kesapakatan para founding fathers, serta MPR lembaga tertinggi Negara yang waktu itu, yang di dalamnya masih ada fraksi TNI/Polri, Utusan Daerah dan Golongan, termasuk dari PDKB dan anggota-anggota MPR dari kalangan Non Muslim. MPR waktu itu masih sebagai lembaga tertinggi Negara mengamandemen UUD 1945 tapi tetap menempatkan agama dalam posisi yang sangat dipentingkan baik dalam Pancasila maupun dalam UUDNRI 1945 (Pasal 28 E,I, J, Pasal 29 ayat 1 dan ayat 2, serta Pasal 31 ayat 3 dan ayat 5),” jelasnya.

Hidayat menambahkan, untuk menguatkan kerukunan Umat beragama, juga penting dimulai dengan mengokohkan kerukunan Internal Umat beragama, dengan tidak lagi mengungkit dan menyebarkan paham yang sudah selesai ditolak atau disepakati di internal Amagama seperti soal kewajiban Salat, serta makna Tauhid dalam Islam.

“Itu meresahkan internal umat, dan tidak menyatukan bahkan memecah belah Umat Islam. Padahal, sulit dibayangkan hadirnya kerukunan antarumat bila di internal umat dibuat tidak rukun, dan tidak bertoleransi,” timpalnya.

Untuk menguatkan kerukunan umat beragama, HNW bilang juga bisa dikreasikan selain kerja sama menghadang ideologi yang membahayakan agama dan NKRI, umat beragama bekerja sama dan ikut menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa.

Termasuk mengkritisi beberapa kebijakan yang mengabaikan peran agama sebagaimana kesepakatan pendiri bangsa.

“Misalnya, bagaimana umat beragama bersama-sama mengkoreksi Peta Jalan Kemendikbud Nasional 2020-2035 dari yang sama sekali tidak menyebut frasa agama. Itu salah satu contoh bagaimana umat beragama, melalui ormas agama, membantu menyelesaikan masalah bangsa dan mengoreksi hal-hal yang tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD NRI 1945,” katanya.

Selain itu, HNW juga menyebut kondisi pandemi Covid-19 bisa menjadi sarana untuk memperkokoh umat beragama. Seperti yang sudah dilakukan sejumlah Ormas Islam dan Partai Politik Islam yang hadir membantu umat beragama dalam melawan pandemi Covid-19.

“Kami, tanpa mempertimbangkan latar belakang keagamaan, melakukan disinfektasi untuk sejumlah rumah ibadah dari berbagai agama seperti Masjid, Musala, Gereja dan Vihara. Kami tidak membedakan latar Agama, kami membatu vaksinasi gratis kepada warga dengan latar agama yang berbeda-beda. Alhamdulillah mereka menerima kehadiran dan pelayanan kami. Hal seperti ini, tentunya juga dilakukan oleh Ormas Agama lain, tidak hanya Islam,” ujarnya.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera itu menyatakan, banyak cara untuk menguatkan spirit dan praktik kerukunan internal dan antarumat beragama.

“Dengan semangat kerukunan umat beragama baik internal mau pun antarumat beragama, maka kesepakatan kita sebagai warga bangsa bahwa kita menjadi satu nusa, satu bangsa dan satu Bahasa Indonesia yang telah diwariskan para Pemuda dan Pahlawan Bangsa dari latar agama yang beragam, selalu dapat kita teladani, praktukkan dan wariskan kepada generasi milenial, generasi z, dan generasi yang sekarang mengisi kampus-kampus, yang nanti akan mewarisi Indonesia Emas, saat peringatan satu abad Indonesia Merdeka,” pungkasnya.(rid/tin/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs