Selasa (23/3/2021) pagi itu, Nesa Alana Karaisa yang akrab disapa Ara bermain bersama kakak laki-lakinya ke Taman Teratai, tak jauh dari rumahnya di Jalan Karang Gayam, Tambaksari, Surabaya. Tapi ketika kakaknya pulang, Ara tak turut serta.
Safrina Anindia Putri, ibunda Ara, seketika panik setelah mendengar pengakuan kakak Ara bahwa adiknya itu main sendiri di taman. Apalagi sampai azan Maghrib, hari itu, Ara tak kunjung pulang.
Ternyata Ara bertemu AH, bude (bibi)-nya dan OAA suami budenya, lalu diajak pulang ke Pasuruan.
OAA, di Markas Polrestabes Surabaya, Sabtu (27/3/2021) siang, mengisahkan kembali bagaimana dia dan istrinya membawa kabur Ara ke Pasuruan sampai empat hari tanpa kabar ke orangtua Ara yang kebingungan.
“Di saat kami pulang kirim makan buat putra beliau (AH), kebetulan korban (Ara) melintas mau bermain. Enggak tahu mau main ke mana. Kebetulan lewat, ya sudah kami panggil. Kok, mau. Akhirnya ikut lah ke rumah kami (di Pasuruan),” ujarnya.
Selama empat hari tidak ditemukan, warganet ramai-ramai turut mencari Ara. Sebagian terus memantau semua Kanal Suara Surabaya dan menyempatkan diri melihat sekitar.
Bahkan ada netter Fanpage Facebook e100 Suara Surabaya Media yang rela mencetak poster dan menempelkan poster itu di tempat publik, berharap semakin banyak yang turut mencari Ara di sekitar mereka.
Ramai-ramai warganet itu tidak membuat OAA dan HA berubah pikiran. Sampai polisi menjemput Ara di rumah mereka di Pasuruan, keduanya tetap tidak memberikan kabar kepada kedua orangtua Ara.
OAA beralasan, dia tidak memantau media sosial. “Kebetulan handphone saya RAM-nya cuma dua. Enggak kuat (buat medsos-an),” ujarnya dalam konferensi pers pengungkapan kasus hilangnya Ara di Polrestabes Surabaya.
Lantas kenapa OAA dan AH memutuskan membawa kabur Ara? AH mengaku merasa sakit hati terhadap ibu Ara. Dia berdalih, Safrina Anindia pernah menampar putrinya hanya karena putrinya itu pergi pacaran dan pulang malam.
“Putri saya itu pacaran sampai malam hari. Ditegur, terus dimarahi. Anak itu (anaknya) banting pintu, pintu depan sama belakang. Terus sama mamanya Ara itu ditampar dia. Gitu lo,” ujar AH di hadapan awak media.
Tidak hanya karena itu, AH dan OAA pada akhirnya bilang, ada masalah warisan di balik keputusan mereka membawa kabur keponakan mereka. Atas perbuatannya, mereka pun meminta maaf.
“Mohon maaf sebesar-besarnya kepada keluarga besar dan masyarakat jatim yang sudah kami resahkan,” ujar OAA.
AKBP Hartoyo Wakapolrestabes Surabaya bilang, polisi pada akhirnya bisa menyimpulkan bahwa ini bukan kasus penculikan oleh orang asing berdasarkan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi.
Motif dendam itu terbaca. “Setelah kami analisis lagi keterangan dari sejumlah saksi, pukul 02.00 WIB dini hari tadi kami putuskan, Adik Ara ini dibawa oleh orang yang dikenal. Karena masalah keluarga,” ujarnya.
Sabtu (27/3/2021) pagi sekitar pukul 07.00 WIB, petugas Polrestabes Surabaya menjemput Ara di rumah AH dan OAA di Pasuruan lalu membawanya pulang ke Surabaya.
Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya menemui Ara dan orangtuanya di Mapolrestabes Surabaya. Dia pastikan, Pemkot Surabaya akan memberikan pendampingan psikologis bagi Ara.
Eri juga mengapresiasi warganet Surabaya yang peduli di media sosial dan berupaya ikut mencari Ara. Dia pastikan, Kota Pahlawan tetap jadi kota yang aman bagi warganya, juga bagi anak-anak. Tinggal menguatkan keharmonisan keluarga.
Di Karang Gayam, keluarga dan tetangga yang sudah empat hari turut mencari menyambut Ara dengan gembira. Keluarga menyiapkan tumpeng sebagai bentuk syukur kembalinya putri mereka.(den)