Sabtu, 23 November 2024

Hari Santri dan Dakwah Pop Culture ala Ustaz Naruto

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ustaz Marzuki Imron (Naruto) saat berdakwah di Masjid. Foto: Masjid As Salam Purimas

Memperingati Hari Santri wajib rasanya untuk menilik dan belajar tentang berbagai cara pendakwah dalam menyebarkan kebaikan.

Di era Wali Songo dulu, ada Sunan Kali Jaga yang menggunakan medium budaya masyarakat tradisional, seperti gamelan dan tembang, untuk berdakwah. Ini justru diterima masyarakat.

Maka di era sekarang ada Ustaz Marzuki Imron yang dikenal berdakwah menggunakan medium pop culture manga Naruto. Kini ia populer dipanggil Ustaz Naruto.

“Jadi itu karena ketidaksengajaan saat ngisi di kampus siang hari, waktu itu mahasiswanya banyak yang mengantuk, akhirnya saya berdakwah agak santai dan sedikit guyonan agar mereka tidak ngantuk. Dan saya pakai jaket Naruto yang sengaja tidak saya lepas memang,” jelas Ustaz Marzuki, Jumat (22/10/2021).

Dari situlah awal mulanya ia dipanggil Ustaz Naruto karena penampilannya yang mencolok. Karena semakin sering banyak yang menyebut hingga membuatnya terkenal di media youtube.

“Setelah itu semakin banyak yang menyebut saya Ustaz Naruto, hingga pernah diundang oleh media Malaysia dan Singapura. Jadi akhirnya ya sekalian menggunakan ciri khas ini untuk berdakwah,” katanya saat mengudara bersama Radio Suara Surabaya.

Berdakwah menggunakan cara berbeda tentu tidak mudah. Dia sampaikan, di awal-awal dia mulai menggunakan konsep Naruto, tidak sedikit dari masyarakat yang menyorotinya.

“Betul, saat awal viral banyak yang DM (direct message) dan inbox, juga ada yang mengasumsikan kalau Naruto ini buatan kaum kafir dan menyamakannya dengan saya,” tuturnya.

Menurutnya, dalam berdakwah, seseorang bisa menggunakan medium apapun asalkan sesuai dengan konteks, latar belakang budaya, dan kegemaran masyarakat.

Pendekatan itu tentu akan lebih menarik perhatian masyarakat, terutama kalangan muda yang banyak menggemari Naruto, dalam belajar agama.

“Memang agak khawatir awalnya, namun seiring berjalannya waktu, masjid-masjid besar mulai menerima. Awalnya masjid Nurul Hayat, teman-teman kami yang laki-laki pakai cosplay. Yang perempuan tentu tidak,” ujarnya.

Ustaz Marzuki menuturkan, dalam berdakwah yang paling utama adalah bahasa ajakan yang halus. Sebagai pendakwah, tentu ia keberatan menggunakan bahasa yang melarang maupun memaksa orang untuk mengikutinya.

Selain itu, dalam dalam konteks mengingatkan seseorang menurutnya bahasa yang memotivasi akan lebih mudah diterima daripada bahasa yang menghakimi.

Tidak berhenti sampai di situ, dalam peringatan Hari Santri 2021 Ustaz Marzuki mengajak semua santri memperbanyak pemanfaatan teknologi untuk mengajak berbuat kebaikan.

“Anak muda yang pintar bikin konten harus membuat konten ke berbagai macam platform, misalnya tik-tok, instagram. Agar isi konten untuk ajakan kebaikan tidak kalah dengan konten-konten negatif,” ujarnya.

Ia berpendapat bahwa Islam bisa relevan dengan berbagai medium dan berbagai teknologi untuk diaplikasikan ke hal-hal yang bermanfaat.

“Contohnya sekarang bayar zakat sudah bisa pakai aplikasi,” imbuhnya.

Pada Momentum Hari Santri ini ia mengingatkan kepada para orang tua dan anak untuk saling ikhlas dalam melepas kedekatan fisik sementara waktu, demi tujuan anak belajar di pondok pesantren.

“Ini adalah proses anak Anda, dan Anda sendiri, untuk berakhlak dan berilmu. Kata Imam syafi’i ‘barang siapa yang tidak mau menderita untuk mencari ilmu maka ia harus siap menerima pahitnya kebodohan.’ Daripada kita bodoh mending kita menderita di awal,” ujarnya.

Merespon tema yang diangkat tahun ini ‘Santri Siaga Jiwa dan Raga’, dia mendoakan untuk santri di seluruh pelosok di Indonesia menjadi orang-orang yang dilindungi dalam mencari ilmu dan dilandasi keikhlasan.

“Semoga saat menuntut ilmu niatnya adalah ikhlas dan buah yang nantinya dipetik akan terasa di masa depan nantinya,” pungkasnya.(wld/den)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs