Marto, penjual gorengan di Pasar Karang Menjangan adalah salah satu pedagang yang paling merasakan dampak dari melambungnya harga minyak goreng beberapa hari terakhir ini. Bahkan dia mengaku tidak mampu berjualan lagi jika harga minyak terus melambung. “Ini hanya menghabiskan stok minyak goreng yang ada,” katanya.
Marto dan istrinya menjual bermacam gorengan, seperti tahu, pisang goreng, tape goreng, molen, dan pohong keju, dalam sehari ia membutuhkan sekitar 17 liter minyak goreng.
“Sehari untuk kebutuhan minyak goreng mengeluarkan uang sekitar Rp210 ribu,” jelasnya.
Meski harga minyak naik, dia tidak menaikkan harga jualnya. “Harga jual tetap seribu-an, engga mungkin dinaikkan, nanti malah engga ada yang mau beli,” keluhnya.
Menyiasati agar tetap mendapatkan untung, Marto terpaksa mengecilkan ukuran gorengannya. “Sekarang motong tahu, pohong, pisang, pohongnya sedikit diperkecil sedikit, itu aja untungnya mepet,” jelasnya.
Soal ukuran gorengan yang diperkecil ternyata juga dipahami oleh pelanggannya. “Iya mereka tanya juga, kok ukurannya jadi segini tidak kayak biasanya, tapi mereka ngerti,” kata Marto yang dalam sehari mampu menjual pohong goreng 60 kilogram.
Jika harga minyak terus naik, tidak ada pilihan lain ia akan beralih menggunakan minyak curah. “Tidak ada pilihan lain, mungkin pakai minyak curah, tapi kalau naik terus ya terpaksa tidak jualan dulu” jelasnya.
Keluhan lain juga datang dari Rahma penjual lumpia goreng, yang selalu menggunakan minyak merek tertentu. “Dua hari lalu lihat di minimart sekitaran Rp34 ribu, hari ini malah sudah naik Rp38 ribu,” kata Marni
Pemkot Bakal Gelar Operasi Pasar
Soal harga minyak goreng yang melambung, Armuji Wakil Wali Kota Surabaya juga mengadakan sidak di salah satu distributor minyak goreng di kawasan Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER). Sidak kali ini bertujuan untuk memastikan tidak ada pedagang maupun distributor yang menjual minyak goreng diatas harga eceran tertinggi (HET).
“Ibu-ibu paling pusing kalau harga kebutuhan pokok naik, terutama minyak goreng. Karena memang kondisi global, harga bahan baku naik. Selain itu, kalau harga minyak goreng naik, sejumlah komoditas lainnya juga bakalan naik. Oleh karena itu kita perlu melakukan pengawasan,” kata Armuji, Rabu (1/12/2021).
Mengantisipasi kenaikan harga minyak goreng, Armuji berencana membuat skema operasi pasar di 31 kecamatan dan pengawasan terhadap distributor minyak goreng.
Pihaknya juga menegaskan, jika ada distributor atau oknum yang diketahui melanggar dan menaikkan harga diatas HET untuk mencari keuntungan pribadi, Pemkot Surabaya tak segan menindak tegas.
“Sesuai HET, minyak goreng kemasan yang diatur dalam Permendag seharusnya sekitar Rp11 ribu per liter. Namun, dalam beberapa waktu terakhir harganya meningkat jadi Rp14 ribu hingga Rp19 ribu per liter. Jadi jangan ada oknum yang memainkan harga, kami akan tindak tegas!” kataArmuji. (man/dfn/rst)