Hasil riset dari International Medical Tourism Journal (IMTJ) menunjukan setiap tahunnya kurang lebih ada sekitar tiga juta orang berobat keluar negeri dan mengeluarkan biaya kurang lebih Rp100 triliun dari seluruh Indonesia.
Dokter Nico Azhari Hidayat, CEO Medical Tourism Indonesia menyebut Surabaya sebagai kota terbesar kedua, diperkirakan menyumbang sebesar Rp30 triliun rupiah. Namun orang Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri.
Prof. Hananiel Prakasya Wijaya, CEO National Hospital menjelaskan, satu alasan orang Indonesia lebih memilih menjalani pengobatan di negara lain, bukan hanya sekadar faktor harga, tapi lebih kepada kepastian pelayanan.
“Orang Indonesia berobat ke luar negeri bukan karena harga di sini lebih mahal, tapi lebih kepada kepastian pelayanan. Di Indonesia merasa tidak pasti, salah satunya soal tarif,” kata Hananiel Prakasya di acara Surabaya Medical Tourism Launching Apps & Hybrid Webinar, Senin (27/9/2021).
Pria yang kerap disapa Prof Hans ini menjelaskan, dalam industri kesehatan pasien akan cenderung mencari pelayanaan kesehatan yang aman, nyaman, dan berkualitas.
Supaya orang mau berobat di sini, ia mengimbau kepada seluruh rumah sakit, tenaga medis maupun perusahaan farmasi untuk dapat memberikan kepastian, tidak hanya soal harga, tapi jaminan kepastian ketemu dokter, pada hari yang sama dengan layanan standart terbaik.
Kata Prof Hans, sebagai salah yang masuk dalam rujukan wisata medis, bersama 17 rumah sakit lainnya, National Hospital menyiapkan berbagai teknologi medis canggih dan layanan komprehensif untuk pasien, termasuk menyiapkan paket layanan dengan satu tarif per paket, “Terobosan ini yang kita jalankan sehingga memberikan kepastian,” kata Prof. Hans. (man/iss)