Prof. Dr. Jusuf Irianto Guru Besar Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Airlangga (Unair) menilai perlu adanya sumpah-sumpah yang lain, selain Sumpah Pemuda yang dikumandangkan pada 28 Oktober 1928 lalu. Ini karena menurutnya ancaman yang dihadapi pemuda saat ini berbeda dengan pemuda di jaman dahulu.
Dulu, kata Jusuf, pemuda dihadapkan dengan ancaman penjajah. Namun sekarang yang menjadi ancaman adalah teknologi.
“Dulu kita menghadapi ancaman yang tidak seperti sekarang, maka perlu sumpah-sumpah yang lain,” kata Jusuf Irianto saat mengudara di Radio Suara Surabaya dalam program Wawasan dengan tema “Merawat Sumpah Pemuda”, Rabu (27/10/2021).
Teknologi bila tidak digunakan dengan baik, maka akan menjadi ancaman bagi pemakainya.
Dia mencontohkan, pemanfaatan teknologi yang positif bagi anak muda adalah dengan membuat startup yang menjadi solusi atas permasalahan masyarakat sekaligus sarana belajar.
“Tapi kalau di dalamnya digunakan untuk hal destruktif misalnya jadi hacker atau untuk hate speech, ini yang kita khawatirkan. Jadi harus punya sumpah di era digital,” katanya.
Sumpah yang perlu ditambahkan adalah sumpah yang kaitannya dengan karakter nasional.
“Jangan sampai pemuda karakternya keluar dari akar budaya Indonesia agar resiliensi bangsa tidak mudah diacak-acak oleh bangsa lain, karena lebih dari 60 persen penduduk Indonesia adalah anak muda,” kata Jusuf.
Agar karakter nasional pemuda Indonesia dapat terbangun, Jusuf menilai, peran pengajar adalah hal yang sangat vital dalam penanaman attitude dan role model kepada anak.
Sistem pendidikan pembelajaran jarak jauh dinilainya hanya efektif untuk membangun kognitif.
“Role model yaitu guru atau dosen yang memberi contoh kebaikan pada anak-anak hilang. Padahal peran dosen atau guru tidak hanya transfer ilmu tapi juga akhlakul karimah,” ungkapnya.
Lalu sumpah yang selanjutnya yaitu berkaitan dengan keutuhan bangsa.
“Kita berkomitmen pada kesatuan bangsa kita yang ancamannya luar biasa, baik dari dalam atau luar. Kita harus tetap pegang (kesatuan bangsa) dengan karakter kita dalam menghadapi situasi apapun di era digital ini,” pungkasnya.(dfn/ipg)