Migration Station, adalah judul tugas akhir (TA) Tan Stanisia Finley Buwono yang berhasil meraih Bronze Winner dalam kompetisi Arcasia Thesis of The Year Award (TOY) 2021 yang digelar daring.
Arcasia Toy 2021 merupakan wadah bagi sekolah arsitektur di negara-negara anggota Arcasia yang terdiri dari 21 negara Asia untuk menunjukkan potensi dan ide-ide segar mereka dalam skala internasional yang disediakan oleh Arcasia. Tujuannya, meningkatkan pendidikan arsitektur dan membuka rute pertukaran pengetahuan pendidikan arsitektur di Asia.
Perjalanan panjang Stanisia mencapai prestasi internasional ini tak mudah. Sebelumnya Stanisia harus berjuang secara regional terlebih dahulu.
Setelah proses penjurian secara tertutup selesai, akhirnya Stanisia dinyatakan mewakili Indonesia bersama dua rekan lainnya dari Indonesia. Stanisia bersaing dengan karya TA dari beberapa negara di Asia. Mulai dari Macau, Myanmar, China, Hongkong, Bangladesh, Pakistan, India, Jepang, Korea, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Sri Lanka, Nepal, Philipina, Mongolia hingga Vietnam.
“Saya terinspirasi dari kegigihan komunitas bird watcher yang menjaga migrasi dan Pantai Timur Surabaya dengan fasilitas seadanya. Ditambah lagi lokasinya yang tersembunyi dari publik bahkan ekosistemnya terabaikan. Kondisinya mengerikan, bahkan dari 23 spesies burung migran yang singgah kini enam diantaranya terancam punah,” terang alumni UK Petra Surabaya dari prodi Arsitektur ini, Selasa (23/11/2021)
Stanisia menambahkan, dari kondisi memilukan tersebut maka gadis yang memiliki IPK 3,96 itu membuat sebuah fasilitas yang tujuannya menggugah peran publik sekaligus menjadi alat penjaga ekosistem yang tidak mengganggu bentuk alami maupun burung migran itu sendiri. Fasilitas ini diharapkan dapat menjembatani kehadiran burung, manusia dan ekosistem. Serta, menjadi fasilitas yang perlahan tapi pasti, kehadirannya diterima oleh burung migran sebagai bagian dari habitat mereka.
“Perancangan fasilitas wisata edukasi burung migran ini berpusat pada peleburan burung migran, manusia dan ekosistem. Fasilitasnya secara garis besar ada galeri, cafe, area observasi tiap ekosistem, klinik, penangkaran dan workshop. Saya harap karya ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat awam dan menjadi pelopor pelestarian burung migran. Sehingga mengurangi adanya ancaman kepunahan spesies burung migran, pengurungan burung, dan perburuan liar di masa mendatang. Juga menjadi produk berkontribusi Surabaya dan Indonesia terhadap pelestarian siklus migrasi secara global,” tambah Petranesian angkatan 2017 itu.
“Senang sekali akhirnya bisa menguji hasil Tugas Akhir (TA) saya dengan karya TA mahasiswa dari negara lain. Sebuah kesempatan bertukar ide dari budaya yang berbeda. Puji Tuhan sebuah prestasi yang membanggakan dan bisa menambah portofolio saya kedepannya,” papar Stanisia yang diwisuda September 2021 lalu.(tok/dfn/ipg)