Profesor Anita Lie, pakar pendidikan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya mengatakan lulusan tahun 2020 dan 2021 yang tidak merasakan Ujian Nasional (UN) adalah generasi yang bisa berkreasi dan berinovasi tanpa batas. Mereka bisa aktif mengeksplorasi ruang gerak, inovasi dan prestasi dengan mengikuti berbagai kegiatan selain belajar.
“Dengan tidak ada Ujian Nasional, anak-anak punya banyak ruang kreativitas dan inovasi,” ujarnya dalam live talkshow discuSS di Facebook e100, Youtube dan Instagram Suara Surabaya, Senin (8/2/2021).
Hal ini dibenarkan dengan pengakuan Dhenok Sagita Noer siswa kelas XII SMA Trimurti Surabaya yang juga alumni Suara Surabaya Muda Batch 3.
“Saya tidak menyiapkan UN. Jadi fokus Ujian Sekolah dan UTBK. Saya bisa melatih soft skill dan hard skill untuk bertahan di era digital dan industri 4.0. Jadi tidak sekadar nilai tinggi,” kata Dhenok.
Sedangkan Nabbil Gibran lulusan 2020 mahasiswa ITS mengatakan, berdasarkan pengalamannya, UN tidak terlalu banyak berpengaruh pada studinya di perguruan tinggi. Termasuk pada ujian masuk perguruan tinggi.
“Materi UN mengikuti kurikulum. Saat UTBK hanya sedikit yang keluar. Mahasiswa baru yang tanpa UN bisa mengejar materi perkuliahan. Kehidupan kampus kan mandiri, merancang jadwal sendiri. Jadi yang penting bisa manajemen waktu,” kata dia.
Prof. Anita pun menyarankan pendidik harus membiasakan diri melihat ruang gerak dan prestasi anak semakin luas. Menilai siswa bukan hanya dari kemampuannya mengerjakan UN, tapi portofolionya.
Perbedaan Ujian Nasional dan Asesmen Kompetensi Minimum
Prof. Anita menjelaskan, ada tiga perbedaan Ujian Nasional (UN) dan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).
Pertama, tujuannya. UN menggunakan prinsip assesment of learning sehingga tujuannya menilai peserta didik. Sedangkan AKM yang berisi survei lingkungan belajar dan karakter itu assesment for learning, untuk memperbaiki mutu pendidikan.
Kedua, beda substansinya. UN makin tahun makin memperbaiki kualitas soalnya, tapi di AKM ada asesmen literasi dan numerasi. Soal-soalnya di-upgrade untuk higher order thinking, berpikir tingkat tinggi, kreativitas, problem solving.
Ketiga, pesertanya. Karena UN adalah assesment of learning jadi setiap peserta didik harus mengikuti UN di akhir jenjang. Kalau AKM, tidak setiap peserta didik, di-sampling setiap sekolah.(iss/ipg)