Jumat, 22 November 2024

Epidemiolog: Kemungkinan 80 Persen Penduduk RI Sudah Terinfeksi Delta

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Ilustrasi, pasien Covid-19. Grafis: Bram suarasurabaya.net

Citra Indriani Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan kemungkinan besar sekitar 80 persen penduduk Indonesia sudah terinfeksi oleh varian Delta sehingga jumlah kasus positif Covid-19 mengalami penurunan secara drastis.

Kata Citra, ini karena terbentuknya imunitas kelompok secara alamiah dimana tubuh memiliki antibodi yang spesifik untuk strain virus tertentu. Selain itu, percepatan program vaksinasi yang gencar dilakukan pemerintah diharapkan meminimalkan tingkat keparahan apabila terinfeksi kembali.

“Infeksi Covid lebih dari 50% adalah asimtomatis, mungkin 80% penduduk kita telah terinfeksi (varian) Delta. Namun, kalau sudah terinfeksi sedemikian banyak apakah sudah memiliki imunitas kelompok dan tidak ada ancaman gelombang ketiga? Sebagian besar infeksi natural membentuk antibodi yang spesifik untuk virus atau strain virus yang menginfeksi, tidak untuk strain yang lain. Sehingga imunitas alamiah yang terbentuk saat ini mungkin tidak bisa kita andalkan apabila kita kedatangan strain yang baru,” kata Citra, seperti dikutip dalam situs resmi UGM, Senin (22/11/2021).

Selain faktor imunitas alamiah pasca terinfeksi terbentuk, kata Citra, program vaksinasi sekarang ini sudah menyentuh di 208 juta orang dan 88 juta diantaranya sudah mendapat dosis vaksin lengkap.

“Saya kira vaksinasi mempunyai peran besar untuk mencegah bentuk parah sakit karena meskipun sudah divaksin masih punya potensi terinfeksi dan menjadi sakit. Melihat beberapa rekaman data yang terinfeksi di gelombang Januari, juga kemudian kembali terinfeksi Delta di Juni-Juli, dan kasus-kasus meninggal memiliki riwayat belum mendapatkan vaksinasi,” jelasnya.

Citra mengharapkan, percepatan vaksinasi, dan sisir wilayah untuk vaksinasi terutama lansia bisa berperan untuk mitigasi bentuk parah infeksi SARS-COV 2. Kalaupun gelombang 3 terjadi, sistem kesehatan penduduk tidak lagi menghadapi kasus-kasus berat yang jumlahnya ribuan setiap harinya.

Meski angka kasus positif baru setiap hari rata-rata kurang dari 400, menurut Citra, kebijakan pembatasan mobilitas dengan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 saat jelang Natal dan tahun baru sudah tepat dilakukan. Namun begitu, kenaikan angka mobilitas masyarakat sekarang ini tidak bisa dihindari.

“Kenaikan mobilitas adalah sesuatu hal yang tidak bisa dihindari. Kalau kita lihat dari 1,5 tahun pandemi, gelombang kenaikan selalu diawali dengan peningkatan mobilitas, saat Natal-tahun baru dan pasca lebaran,” tegasnya

Pembatasan mobilitas melalui penerapan PPKM level 3 jelang Natal dan tahun baru, menurut dia, sebagai bagian dari bentuk pengendalian agar tidak terjadi penularan secara masif.

“Meskipun kita batasi, mobilitas tetap terjadi, namun tidak semasif apabila tidak diberlakukan pembatasan. Pembatasan kerumunan dan mobilitas sudah sesuai dengan pembelajaran sebelumnya bahwa gelombang kita diawali pada periode Natal-tahun baru serta lebaran, apalagi di negara-negara tetangga saat ini sedang mengalami gelombang Delta varian AY.4.2,” jelasnya.

Kata Citra, pembatasan mobilitas dan penerapan protokol kesehatan dalam kegiatan masyarakat terus dilakukan hingga seluruh penduduk dunia betul-betul aman dari infeksi Covid-19 dan vaksinasi sudah mencapai target di seluruh negara.

“Kita masih akan menghadapi kasus Covid-19 selama angka vaksinasi dunia juga belum mencapai target. Sehingga yang diperlukan saat ini adalah mengubah mindset dan menerima bahwa kita akan hidup berdampingan dengan pembatasan mobilitas ini, naik level turun level PPKM harus dijalani, dan beradaptasi dengan situasi ini karena tidak ada kepastian untuk menjawab sampai kapan,”pungkas Citra.(faz/tin/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs