Lembaga Biologi Molekuler Eijkman memastikan mutasi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 bernama C.1.2 belum terdeteksi masuk di wilayah Indonesia.
“Varian C.1.2 belum masuk di Indonesia dan sementara ini tidak perlu dikhawatirkan,” kata Prof Amin Soebandrio Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman seperti yang dilansir Antara, Kamis (16/9/2021).
Amin mengatakan situasi tersebut diketahui berdasarkan pemeriksaan sekuensing yang dilakukan Eijkman bersama sejumlah laboratorium lainnya di bawah Kementerian Kesehatan.
Saat disinggung terkait varian C.1.2 apakah lebih bersifat ganas dari varian pendahulunya, Amin mengemukakan bahwa fakta tersebut perlu penelitian lebih dalam.
Hal yang sama dikemukakan Siti Nadia Tarmizi Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes RI.
“Sampai saat ini tidak kurang dari 6.253 hasil sekuensing telah kami laporkan. Dari total tersebut 2.252 adalah varian delta yang ditemukan di 33 provinsi di Indonesia,” katanya.
Berdasarkan laporan mingguan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Puslitbangkes) Kemenkes RI periode 28 Agustus-3 September 2021, ada informasi publikasi dari peneliti di Afrika Selatan terkait munculnya varian C.1.2.
Menurut laporan itu, varian C.1.2 merupakan turunan dari varian C.1 pada Mei 2021 di Afrika Selatan. Berdasarkan pengamatan peneliti, varian ini punya susunan mutasi gabungan dari beberapa mutasi pada varian alfa, beta, gamma, delta, dan lambda. Termasuk mutasi baru (C136F, Y449H, and N679K).
Selain C.1.2, kata Nadia, Kemenkes juga berupaya melakukan pelacakan varian lainnya, seperti Varian Lambda dan Mu, juga varian lokal yang hanya bermutasi di Indonesia.
Pemerintah mengantisipasi masuknya varian baru virus corona melalui pengawasan lalu lintas orang dari luar negeri pada pintu-pintu masuk ke wilayah Indonesia.
“Kita terus berkonsultasi dengan WHO untuk terus memperbarui informasi terkait varian-varian baru yang berpotensi masuk dan menyebar di Indonesia,” katanya.(ant/tin/den)