Empat peneliti muda Indonesia yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) mengharumkan nama bangsa Indonesia melalui ajang kompetisi penelitian bergengsi tingkat dunia bagi siswa.
Sempat absen dua tahun, empat siswa yang terbagi dua tim ini kembali unjuk prestasi lewat hasil penelitian dan membuahkan tiga penghargaan di Regeneron International Science and Engineering Fair (ISEF) 2021 yang digelar dalam jaringan (daring) 3-6 Mei.
Asep Sukmayadi Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Prestasi Nasional mengapresiasi para peneliti muda ini dan berharap kiprah mereka menjadi motivasi bagi siswa lain untuk terus berinovasi.
“Saya bangga dengan adik-adik kami, di tengah pandemi saat ini mereka masih bisa berinovasi dan mengharumkan nama bangsa. Tentu kami harap, ini jadi motivasi bagi siswa lainnya,” ujarnya di Jakarta, Minggu (23/5/2021).
Tim pertama yang meraih penghargaan ISEF 2021 terdiri dari Athifah Wonita Millati dan Noor Naila Imtinan Himam dari SMAN 28 Jakarta untuk bidang lomba Ilmu Sosial dan Humaniora.
Melalui judul penelitiannya “Optimizing Student’s Working Memory Capacity with Binaural Beats”, Athifah dan Naila meraih penghargaan 3rd Special Award dari American Psychological Association, Organisasi Psikolog Dunia.
Tim kedua yang meraih penghargaan adalah I Gusti Ngurah Sucahya Satria Adi Pratama dan Ni Putu Ari Budiani dari SMAN Bali Mandara, Provinsi Bali untuk bidang lomba Fisika Terapan dan Rekayasa.
Melalui judul penelitiannya “Vanilla Breeding Gun”, Satria Adi dan Ni Putu Ari meraih penghargaan 4th Grand Award yang juga diberikan kepada Athifah dan Naila.
Regeneron ISEF 2021 adalah kesempatan bagi para peneliti muda Indonesia untuk membawa riset dan inovasi mereka menuju level internasional dan dianggap sebagai salah satu ajang tertinggi untuk dunia penelitian remaja.
Saat dihubungi, Athifah dan Naila yang meraih dua penghargaan mengungkapkan, mengikuti kompetisi penelitian tingkat dunia di tengah masa pandemi bukan perkara mudah.
Terlebih, mereka harus pandai mengatur waktu dalam mempersiapkan kelulusan mengingat Athifah dan Naila saat ini berada di kelas 12 SMA.
“Terdapat beberapa tantangan yang kami hadapi, baik dalam melaksanakan penelitiannya secara umum maupun tantangan baru yang timbul akibat adanya pandemi,” kata Naila.
“Karena kami merupakan murid kelas 12, kami juga perlu mengatur waktu sebaik mungkin karena padatnya jadwal belajar mengajar dan lomba,” tambah Athifah.
Pada kesempatan ini, Athifah menjelaskan metode penelitian yang mereka gunakan yaitu metode eksperimen. Akan tetapi, pengambilan data secara virtual memungkinkan munculnya variabel bebas yang tidak bisa dikendalikan pada lingkungan subjek yang tidak mampu mereka kontrol secara langsung.
“Kami menguji tiga jenis binaural beats, audio intervensi yang bisa menstimulasi gelombang otak untuk mencari tahu mana yang paling berpengaruh pada working memory capacity untuk memperoleh metode yang bisa meningkatkan performa belajar pelajar SMA saat melakukan pembelajaran jarak jauh,” kata Athifah.
“Setelah itu kami melakukan analisis data berdasarkan hasil eksperimen. Ternyata, performa ketiga kelompok eksperimen yang mendengarkan binaural beats meningkat, sedangkan performa kelompok kontrol menurun signifikan,” tambah Naila.
“Artinya, binaural beats, terutama pada range frekuensi beta, dapat meningkatkan working memory capacity secara signifikan,” lanjut Naila.
Pada kesempatan ini, Athifah dan Naila juga mengungkapkan banyak sekali pelajaran yang mereka ambil saat mengikuti berbagai kompetisi seperti KOPSI dan ISEF.
“Kami selalu mengambil kesempatan apapun yang ada, memberikan yang terbaik untuk segala sesuatu, dan selalu terbuka untuk menerima pendapat dan belajar. Walaupun dilakukan secara virtual, kami mendapat pengalaman yang sangat berharga saat mengikuti ISEF,” ungkap Naila.
“Bertemu banyak orang dari berbagai penjuru dunia, bertukar cerita dan pengalaman, itu merupakan kesempatan yang tidak bisa didapat setiap hari. Selain itu, menyandang nama Indonesia di sebelah nama kami juga merupakan sebuah kebanggaan,” cerita Athifah.
Naila dan Athifah juga menitipkan pesan kepada temannya, siswa-siswi lain agar tidak pernah ragu mengambil setiap kesempatan yang ada.
“Mari, anggaplah setiap kesempatan seperti berlian. Kita tidak akan tahu apa yang kita dapat sebelum mengambil kesempatan itu,” ujar Athifah.
Naila mengatakan, jangan sampai melewatkan sebuah pencapaian dan prestasi yang akan berdampak besar hanya karena ketakutan akan sebuah kegagalan kecil yang sebenarnya tidak merugikan.
“Kegagalan-kegagalan itulah yang menjadikan kita kaya akan ilmu dan pengalaman supaya tidak mengulangi hal yang sama. Strive for what you love,” tambah Naila.
“Kalau kalian berminat dalam sesuatu, kejar terus, whatever it takes. Kalian tidak akan tahu apa yang menanti di depan kalian. Semangat terus!” Kata dia.(faz/frh/den)