Jumat, 22 November 2024

DPR Desak Pemerintah Segera Pakai Vaksin Dalam Negeri

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Salah satu peserta vaksinasi massal di Gedung Airlangga Convention Center, Minggu (5/9/2021). Foto: Dokumen suarasurabaya.net

Pemerintah didesak untuk segera menggunakan vaksin produksi dalam negeri. Penggunaan produksi lokal diyakini mendatangkan manfaat lebih besar. Apalagi, pandemi akibat virus Covid-19 ini belum diketahui kapan akan berakhir.

“Kemarin ada RDP soal vaksin ini di DPR. Ada dirjen P2P, dirjen farmalkes, IDAI, ITAGI, dan HOGI. Pembahasannya seputar vaksinasi rutin yang selama ini dilaksanakan. Tentu dalam pendalaman, kami juga menanyakan soal progres vaksin produksi dalam negeri. Saya dengar, telah ada vaksin produksi dalam negeri yang telah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM. Nah, ini kan peluang besar untuk memenuhi kebutuhan vaksin secara nasional,” ujar Saleh Partaonan Daulay anggota Komisi IX DPR RI dalam keterangannya, Rabu (24/11/2021).

“Kalau sudah mendapatkan EUA, berarti vaksin tersebut telah melewati seluruh tahapan riset yang ketat. Termasuk sejumlah uji klinis yang dipersyaratkan. Sayang sekali kalau tidak dimanfaatkan,” imbuhnya.

Kata Saleh, ada beberapa alasan mengapa penggunaan vaksin produk lokal ini mendesak. Pertama, Indonesia harus benar-benar berdaulat dalam hal pemenuhan kebutuhan vaksin Covid-19. Sejauh ini, Indonesia telah banyak menghabiskan anggaran untuk membeli vaksin dari negara lain.

“Nah, kalau kita memakai produk lokal, maka anggaran yang cukup besar itu tidak lari ke luar negeri. Selain pajak, anggaran tersebut diyakini juga bisa dimanfaatkan untuk membangkitkan roda perekonomian kita,” jelasnya.

Kedua, kebutuhan vaksin dalam negeri akan sangat besar mengingat adanya rencana pemerintah untuk memberikan booster ketiga pada awal tahun 2022. Menurut penjelasan kemenkes, kalau semua target sasaran dijangkau, masih dibutuhkan ratusan juta dosis vaksin.

“Kebutuhan vaksin ini akan terus berlanjut. Kemarin dijelaskan bahwa efektivitas vaksin hanya 6 bulan. Setelah itu, dibutuhkan suntikan dosis baru lagi. Kalau ini terus berlanjut, tentu akan sangat berat jika kita terus berharap dari negara lain,” kata dia.

Ketiga, masyarakat kelihatannya lebih antusias memakai vaksin produk dalam negeri. Selain kecintaan pada produk dalam negeri, mereka juga lebih percaya pada khasiatnya.

“Ada banyak orang yang bilang ke saya kalau mereka lebih percaya vaksin buatan Indonesia. Saya kira ini wajar. Sebab, selama ini, Indonesia dikenal sebagai negara produsen vaksin terbesar di dunia. Kita bahkan telah mengekspor vaksin ke 140 negara lebih. Nah, sekarang saatnya kita memproduksi vaksin Covid-19 sendiri. Di awal-awal ini, digunakan untuk kebutuhan dalam negeri. Kalau nanti kita sanggup memproduksi lebih besar, tidak tertutup kemungkinan untuk dieskpor juga,” tegas Saleh.

“Kalau kita bisa ekspor, kan ada kebanggaan tersendiri. Setidaknya, kita bisa bantu negara-negara lain. Untuk menuju ke situ, ya kita harus pakai untuk kebutuhan kita sendiri dulu,” ungkapnya.

Keempat, Jokowi Presiden selama ini selalu mendukung pemakaian produk dalam negeri. Termasuk vaksin. Tidak hanya sekedar himbauan, pemerintah juga menyediakan anggaran yang tidak sedikit untuk riset dan pengembangan produk lokal.

“Presiden sangat berpihak pada penggunaan komoditas dalam negeri. Karena itu, semua jajaran pemerintahan harus mendukung keberpihakan tersebut. Kalau selama ini kita masih memakai vaksin luar, itu karena kedaruratan saja. Kalau sudah bisa produksi sendiri, tentu lebih baik memakai produk sendiri,” pungkas Saleh.(faz/tin)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs