Raditya Jati Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan mengatakan, pascagempa di Selatan Malang pada Sabtu (10/4/2021) siang telah terjadi setidaknya delapan kali gempa susulan (aftershock) hingga Minggu (11/4/2021) pagi.
Kekuatan gempa susulan tergolong kecil dan kurang dari magnitudo 4,0 yang tidak berdampak dan tidak dirasakan. Namun, gempa susulan magnitudo 5,5 tadi pagi dampaknya dirasakan, meski pun tidak sebesar kemarin.
Fakta lainnya Gempa Selatan Malang adalah bukan termasuk gempa megathrust melainkan gempa Beniof alias gempa menengah, karena deformasi atau patahan terjadi pada slab (lempeng) Indo-Australia yang menunjam dan tersubduksi mulai menukik ke bawah lempeng Eurasia di bawah lepas pantai selatan Malang.
Mekanisme sumber gempa ini berupa pergerakan sesar naik (thrust fault). Sesar naik sebenarnya sensitif terhadap potensi tsunami, namun gempa ini berada di kedalaman menengah dan dengan magnitudo 6,1 sehingga tidak cukup kuat untuk mengganggu kolom air laut, sehingga tidak berpotensi tsunami.
Gempa di selatan Malang ini kemungkinan sangat kecil untuk dapat memicu aktifnya gunung api, kecuali gunung api itu memang sedang aktif. Jika gunung api sedang tidak aktif, maka gempa tektonik tidak akan dapat mempengaruhi aktivitas vulkanisme.
Gempa ini juga disebut memiliki spektrum guncangan yang luas yang dirasakan hingga daerah Banjarnegara di barat dan Bali di timur. Adanya spektrum guncangan yang luas ini berkaitan dengan hiposenter gempanya yang cukup dalam.
Zona gempa selatan Malang merupakan kawasan aktif gempa. Catatan sejarah gempa menunjukkan bahwa Gempa Selatan Malang ini berdekatan dengan pusat gempa merusak Jawa Timur pada masa lalu, yaitu pada tahun 1896, 1937, 1962. 1963 dan 1972.(dfn)