Komite Penanganan Covid-19 Nasional melaporkan jumlah kasus terkonfirmasi positif di Jawa Timur per 14 Juli 2021 sebanyak 203.372 kasus (7,6 persen kontribusi nasional), dengan 17.794 kasus pada anak-anak (di bawah usia 18 tahun).
Dari 203.372 kasus positif Covid-19 di Jawa Timur, terdapat 14.445 jiwa yang meninggal dunia. Dan jumlah jiwa yang meninggal tersebut, 84 jiwa di antaranya anak-anak dengan rincian 43 anak usia 0-5 tahun dan 41 anak usia 6–18 tahun.
Andriyanto Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur mengungkapkan, lonjakan kasus Covid-19 di Jawa Timur tersebut banyak terjadi pada klaster keluarga.
Klaster keluarga adalah penyebaran virus corona yang berasal dari anggota keluarga atau orang yang tinggal serumah. Biasanya, penyebaran berawal dari seseorang yang sudah lebih dahulu tertular lalu menularkannya pada anggota keluarga lain
Karena itu dia mengingatkan pentingnya menjaga protokol kesehatan di rumah dan lingkungan sekitar rumah.
“Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan klaster keluarga semakin masif. Jangan membiarkan anak-anak bermain bersama di lingkungan komplek atau perumahan tanpa protokol kesehatan. Kegiatan berkumpul warga pun menjadi cara virus corona menyebar dari satu orang yang terinfeksi ke orang lain dengan mudah. Sebab, biasanya saat warga sudah berkumpul, jaga jarak sulit sekali diterapkan,” jelasnya.
Selain itu, melakukan liburan, piknik atau jalan-jalan ke tempat publik yang ramai, kata Andriyanto, juga meningkatkan risiko klaster keluarga bisa terjadi. Sebab, anggota keluarga berpotensi membawa virus saat kembali ke lingkungan rumah atau warga.
“Anak-anak kita harus kita lindungi. Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari klaster keluarga virus corona, antara lain protokol kesehatan Covid-19 sebaiknya juga dilakukan di dalam rumah, apalagi kalau ada keluarga yang baru beraktivitas di ruang publik,” paparnya lagi.
Memastikan sirkulasi udara di dalam rumah berjalan dengan baik, dengan cara sering membuka jendela maupun pintu agar udara bisa bergantian, juga menjadi cara untuk meminimalisir terjadinya klaster keluarga.
Dikatakan Andriyanto, walaupun sesama anggota keluarga, durasi dalam berinteraksi juga sebaiknya dibatasi termasuk tetap melakukan physical distancing. Menggunakan alat makan yang berbeda dan segera cuci alat makan setelah menggunakannya.
Berikutnya untuk menekan munculnya klaster keluarga dengan cara menerapkan gaya hidup sehat agar tidak mudah terserang virus, termasuk berolahraga dan mengonsumsi makanan serta minuman sehat. (man/iss)