Badan Pusat Statistik atau disebut (BPS) akan berupaya untuk optimalkan “big data” sebagai alternatif sumber data baru dalam rangka membantu pemerintah atau pemangku kebijakan.
“Untuk mengoptimalkan kemajuan teknologi saat ini, BPS berupaya optimalkan big data sebagai alternatif sumber data baru,” kata Margo Yuwono Kepala BPS yang dikutip dari Antara, Sabtu (25/9/2021).
Kata Margo, dalam beberapa inisiatif yang telah dilakukan BPS dalam memanfaatkan big data seperti halnya guna memanfaatkan mobile positioning data (MPD).
MPD dapat berfungsi sebagai tracing jumlah wisawatan mancanegara pada daerah yang perbatasan yang tidak tercakup oleh kantor imigrasi, mencatat wisatawan nusantara, dan mengetahui data commuter.
Margo mengakui akibat adanya pandemi mendorong BPS untuk semakin melakukan eksplorasi pemanfaatan big data.
Beberapa yang telah dilakukan oleh BPS adalah google dan facebook mobility index yang berfungsi untuk perbandingan mobilitas masyarakat di ruang publik pada sesudah dan sebelum pandemi.
Dampak dari pengembangan big data sangat berdampak pada pemangku kebijakan karena dapat melihat pola mobilitas masyarakat.
Seperti jumah penerbangan, pola konsumsi dan masyarakat paling sering belanja dengan platform apa dan masih banyak lagi.
“Dengan demikian para pemangku kebijakan dapat menentukan regulasi yang harus diambil, utuk menyasar sektor-sektor yang terdampak pandemi agar lebih tepat sasaran,” kata Margo.
Namun selain menuturkan pengembangan big data yang sangat potensial ini, Margo juga menjelaskan terdapat satu sisi yang mana optimalisasi big data kerap menemui banyak isu.
Saat ini isu atau tantangan yang harus menjadi perhatian adalah pengembangan tata kelola big data yang meliputi isu kualitas data, metodologi yang digunakan, aspek legalitas, infrastuktur yang diperlukan hinga privasi dan keamanan data.
“Dalam pengembangannya big data kita juga membutuhkan SDM dengan skill khusus. Untuk itu tentunya diperlukan kolaborasi yang kuat antara BPS bersama lembaga negara, dunia usaha, akademisi dan masyarakat luas,” imbuh Margo.
Statistik yang berkualitas adalah kebutuhan yang sangat fundamental dengan kondisi saat ini, dimana pada dunia perkembangan teknologi kerap terjadi disrupsi ganda.
Meski begitu BPS tetap berkomitmen untuk menyajikan data yang berkualitas dalam kondisi yang darurat sekalipun.
Untuk itu BPS mengembangkan kuesioner berbasis situs agar responden yang tidak bersedia diwawancarai secara langsung tetap dapat berpartisipasi dalam kegiatan BPS, mengingat keadaan yang masih terbatas secara mobilitas.
“Semua ini adalah upaya yang dilandasi oleh keyakinan bahwa di tengah upaya pemerintah dalam melakukan pemulihan ekonomi nasional, BPS harus tetap gadur menyajikan statistik yang berkualitas dan relevan dangan kondisi yang ada,” ujar Margo Yuwono.(ant/wld)