Jumat, 22 November 2024

Berburu Vaksin Covid-19 Sampai Rela Bermalam di Depan Rumah Sakit

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan

Di tengah gempuran virus corona varian delta yang bikin kasus positif Covid-19 melonjak tinggi, warga Surabaya berburu vaksin dan rela melakukan hal yang tidak terduga.

Sejak beberapa waktu lalu, warga Surabaya mengeluhkan sulitnya mendapatkan vaksin dosis kedua di sentra vaksinasi atau fasilitas layanan kesehatan terdekat.

Stok vaksin di Surabaya, bahkan sudah diakui Tim Satgas Vaksinasi Jawa Timur, memang terbatas karena pasokan dari pemerintah pusat yang minim.

Meski demikian, masih ada sejumlah fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) yang menggelar vaksinasi bagi masyarakat umum dengan jumlah dosis sangat terbatas.

Salah satu yang menggelar vaksinasi itu adalah RS TNI AU Soemitro Taman Bungkul. Vaksinasi itu digelar dua hari pada Kamis (5/8/2021) dan Jumat (6/8/2021).

Program vaksinasi massal di RSAU itu menarik perhatian warga karena syaratnya sangat longgar. Salah satunya, peserta tidak harus vaksinasi dosis pertama di RS itu.

Kebanyakan vaksinasi massal di Surabaya mensyaratkan peserta berdomisili di sekitar lokasi, atau sudah pernah dapat vaksin pertama di lokasi yang sama.

Selain itu, di RSAU juga tidak disyaratkan, calon peserta harus warga ber-KTP atau berdomisili di Surabaya. Yang penting bawa identitas memuat Nomor Induk Kependudukan (NIK).

Inilah yang kemudian menarik animo warga untuk mendaftar meskipun hanya tersedia kuota 350 dosis per hari.

Warga bahkan rela bermalam di halaman RS supaya dapat nomor antrean vaksinasi. Padahal sesuai ketentuan, pengambilan nomor antrean baru bisa dilakukan Jumat pagi pukul 07.00 WIB.

Sesuai ketentuan RSAU yang bisa dilihat di Instagramnya, pendaftaran vaksinasi yang akan berlangsung Jumat pagi mulai pukul 08.00 WIB-14.00 WIB itu memang harus dilakukan on the spot (langsung di lokasi).

Momen bermalamnya warga di depan RSAU Soemitro itu dilaporkan oleh Aiko Chang, Pengakses Suara Surabaya yang tinggal di Jalan Kutai Surabaya.

Aiko sendiri memang hendak mendaftarkan diri dan keluarganya sebagai peserta vaksinasi di RSAU karena kelonggaran persyaratan itu.

“Saya sengaja menginap di hotel dekat situ supaya besok pagi-pagi bisa dapat antrean. Pas suami saya turun, ternyata sudah banyak yang menunggu di halaman rumah sakit dari jam 7 malam tadi,” ujarnya.

Aiko akhirnya keluar hotel, melihat langsung dan mengabadikan fenomena itu dengan kamera ponselnya, lalu mengirimkan foto itu via WhatsApp Suara Surabaya.

“Kalau seperti ini, ya sudah, kami batal vaksin saja,” ujarnya ketika dihubungi suarasurabaya.net Kamis malam.

Dia urungkan niatnya ikut vaksinasi massal di sana karena sudah terbayang sulitnya jaga jarak dan merasa ngeri kalau sampai dalam kerumunan itu ada yang positif Covid-19.

“Bukannya dapat vaksin malah bisa ketularan. Iya, kan?” Ujar perempuan yang mengaku sudah tiga kali terjangkit Covid-19 itu.

Sebagaimana foto yang dia bagikan, orang-orang yang berburu vaksin itu rela bermalam di bawah tenda yang berdiri di depan halaman rumah sakit.

Aiko dan keluarganya butuh suntikan vaksin dosis kedua. Masalahnya, suntikan dosis pertama dia dapatkan di Bali, ketika dirinya, suaminya, dan dua anaknya terjebak PPKM Darurat 3-20 Juli yang mensyaratkan sertifikat vaksin untuk perjalanan jarak jauh.

“Tanggal 10 kami vaksin di Bali karena pas mau pulang masih di masa PPKM Darurat. Sekarang mau vaksin dosis kedua, seperti disarankan dokter saya,” ujarnya.

Dokter menyarankan Aiko yang terjangkit Covid-19 untuk ketiga kalinya pertengahan Juli lalu agar mendapatkan vaksinasi dosis kedua supaya imunnya semakin kuat.

Aiko sendiri mengaku ngeri dengan ganasnya virus varian delta yang menyebabkan peningkatan kasus secara eksponensial di dalam negeri sebagaimana berita yang ada.

“Juli kemarin saya tertular dari orang tua saya. Ibu saya itu ada komorbid, untungnya sudah vaksin dosis pertama jadi gejalanya enggak terlalu berat. Makanya saya ngejar vaksinasi ini supaya imun saya tambah kuat,” ujarnya.

Aiko sendiri menyayangkan, kenapa sistem pelaksanaan di sentra vaksinasi atau puskesmas yang tidak mengacu saja pada NIK. Harus ada syarat pernah vaksin di tempat yang sama.

Dia sendiri berharap ada layanan vaksinasi keliling atau jemput bola sehingga tidak sampai antrean vaksinasi justru menimbulkan kerumunan.

Keluhan sulitnya mendapat vaksinasi dosis kedua atau sistem antrean yang kurang memperhitungkan dampak kerumunan ini tidak hanya dikeluhkan Aiko.

Selasa (3/8/2021) lalu Steven Kristian warga Bendul Merisi Tengah berbagi keluh kesah saat mengantre untuk mendapatkan vaksin Covid-19 dosis kedua di Puskesmas.

Steven mendapat informasi, ada pelaksanaan vaksinasi di Puskesmas Putat Jaya, yang digelar di Kantor Kelurahan Putat Jaya pada hari itu sejak pukul 08.00 WIB-11.00 WIB.

Dia datang pagi-pagi pukul 06.00 WIB. Tapi tetap saja tidak kebagian dosis vaksin karena selain kuota yang terbatas 180 dosis per har8, ternyata sudah ada yang antre sejak pukul 02.30 WIB dini hari.

Menurutnya ini juga terjadi di Puskesmas Bendul Merisi, tempat karyawannya mengikuti perhelatan vaksinasi.

Begitu juga yang dilaporkan sejumlah pengakses di Puskesmas lain, pada hari yang sama, terutama berkaitan antrean peserta vaksinasi di lokasi itu.(den/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs