Jumat, 22 November 2024

Belasan Ribu Pekerja Seni di Surabaya Belum Pernah Dapat Bansos

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Achmad Sahara Anggota PSN saat menyerahkan data pekerja seni anggota PSN untuk keperluan bansos kepada perwakilan Pemkot Surabaya. Foto: Istimewa

Kurang lebih sebanyak 12 ribu pekerja seni dan ribuan seniman tradisional di Kota Surabaya belum menerima bantuan sosial untuk pekerja seni. Mereka bahkan mengaku belum pernah mendapat bantuan sosial apapun sejak awal Pandemi Covid-19.

Agus Sugeng Yudo Kepala Humas dan Publikasi Pelaku Seni Nusantara (PSN) menyatakan itu kepada suarasurabaya.net, Senin (22/2/2021). Agus menyebutkan, ada 980 orang pekerja dan pelaku seni di Surabaya yang tergabung di PSN.

Namun, dia memperkirakan, total ada sebanyak 12 ribu orang pekerja seni yang bekerja di perusahaan terkait hajatan dan kesenian di Surabaya yang kemungkinan besar juga belum pernah menerima bantuan sosial apapun selama Pandemi Covid-19.

Agus menjelaskan, para pekerja/pelaku seni yang ada di PSN antara lain para pemilik dan pekerja wedding organizer, katering, sound system, foto dan video pernikahan, PKL bazar keliling, juga grup orkes dan band yang ada di Surabaya.

“Terkait bansos, kami sudah mengirimkan data anggota kami baik kepada pemerintah kota, maupun kepada pemerintah provinsi. Tapi sampai sekarang, kami belum pernah menerima bansos dari Pemkot maupun Pemprov,” ujar Agus.

Data pekerja seni anggota PSN untuk keperluan Bansos yang diserahkan kepada Pemkot Surabaya. Foto: Istimewa

Masalah bansos itu jadi salah satu tuntutan yang akan PSN sampaikan dalam unjuk rasa di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, yang semestinya mereka lakukan hari ini. Unjuk aksi itu batal seiring adanya arahan dari Polrestabes Surabaya.

“Aksi ditunda. Polrestabes akan memfasilitasi audiensi dengan Pak Sekda Provinsi, Kepala Disparta dari Pemkot maupun Provinsi, juga BPB Linmas Surabaya, besok,” kata pria yang berprofesi pemandu acara (master of ceremony/MC) itu.

Pria yang bernama panggung Agus Barera itu memastikan, dia sendiri sejak awal Pandemi Covid-19 sampai sekarang belum pernah merasakan apa yang namanya bantuan. Demikian juga, kata dia, Anggota PSN yang lain di Surabaya.

“Sama sekali tidak ada. Sejak awal pandemi sampai saat ini tidak pernah menerima yang namanya bansos itu, seperti apa rupanya, terus nominalnya berapa? Enggak pernah sama sekali. Padahal Pak Jokowi sendiri statemen di medsos, akan menurunkan bantuan sosial untuk pekerja seni,” ujarnya.

Seperti dilansir Antara 11 Februari lalu, Moeldoko Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) menjamin para pekerja seni akan memperoleh bantuan dari pemerintah untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19.

KSP, kata Moeldoko saat itu, akan berkoordinasi dengan kementerian/lembaga untuk menelisik permasalahan yang membuat para pekerja seni belum mendapat bantuan dari pemerintah.

Moeldoko menyampaikan itu setelah beberapa waktu sebelumnya Joko Widodo Presiden dalam sidang kabinet paripurna menyampaikan komitmennya untuk menyalurkan bantuan penanganan pandemi Covid-19 kepada para pekerja seni.

Moeldoko menduga, kalau masih ada pekerja seni yang belum menerima bantuan, kemungkinan karena ada kesalahan teknis baik kekeliruan data penerima bantuan atau karena ada kesalahan data sejak dari petugas penghimpun datanya.

Agus Kepala Humas dan Publikasi PSN memastikan, saat dijembatani oleh Heru Tjahjono Sekdaprov Jatim dengan menghubungi Whisnu Sakti Buana Wali Kota Surabaya yang sudah habis masa jabatannya, dia segera menyerahkan data.

Perwakilan PSN sudah menyerahkan secara langsung data para pekerja seni yang tergabung dalam PSN kepada pihak Pemerintah Kota Surabaya. Sebab, Whisnu sendiri yang menyatakan kepada Heru Sekdaprov, dia menunggu data PSN itu.

“Kami ada buktinya. Kami foto rekan kami yang menyerahkan data itu ke Pemkot Surabaya. Tapi setelahnya, Pemkot Surabaya sendiri menjelaskan, tidak bisa memproses bansos itu, dikembalikan lagi ke Pemprov Jatim,” katanya.

Meimura, Seniman Ludruk dan Teater Surabaya menyatakan hal senada. Dia sendiri merasa, selama Pandemi dia tidak pernah menerima bansos khusus untuk pekerja seni. Demikian juga rekan-rekannya para seniman tradisional di Jawa Timur.

“Belum ada kalau khusus untuk pekerja seni itu. Demikian juga teman-teman lain di daerah. Saya sudah pernah bilang, kan, seniman tradisional yang usianya rata-rata sudah sepuh (tua) di daerah itu ada seribuan lebih. Fisik mereka sudah tidak mungkin untuk bekerja kasar di sawah,” katanya.

Dia mengakui, di awal-awal Pandemi Covid-19 di Jawa Timur dia sempat menerima bantuan langsung tunai (BLT) senilai Rp300 ribu. Dia mengira-ngira sudah empat kali dia menerima bantuan dari pemerintah pusat itu dan sudah dia manfaatkan untuk beragam keperluan.

“Ya, lumayan. Saya pakai untuk bikin panggung di rumah. Saya belikan bambu, saya jadikan properti layaknya pagar penghias panggung,” ujar seniman yang berupaya tetap aktif bikin pertujukan seni ludruk secara virtual melalui YouTube itu.

Nasib pekerja atau pelaku seni, juga seniman pertunjukan tradisional di Surabaya atau di Jawa Timur di tengah Pandemi Covid-19 memprihatinkan. Mereka terdampak langsung karena pertunjukan atau kegiatan yang berpotensi kerumunan dilarang.

Meimura masih optimistis, alternatif pertunjukan seni secara virtual atau secara daring masih bisa menjadi solusi untuk menjaga agar kreativitas seniman tidak mati, dan menjadi ladang penghidupan baru, asalkan dikelola sepenuh hati.

Dia perhatikan, upaya pemerintah memfasilitasi seniman selama pandemi setengah hati. Meski ada sejumlah kegiatan seni digelar virtual, publikasi untuk mengundang masyarakat menonton acara itu sama sekali tidak terkelola.

Sementara, Agus Barera yang sehari-hari menggantungkan hidup dari job MC resepsi pernikahan atau orkes dangdut, selama pandemi benar-benar harus menggantung mikropon. “Semalam saya sampai ngamen sama teman-teman, betul itu. Mau bagaimana lagi?” ujarnya.

Pandemi Covid-19 dia rasakan benar-benar membuatnya tak-berkutik. Barang-barang berharga yang ada di rumahnya hampir semua sudah habis terjual. Keluarganya kini menggantungkan hidup dari warung camilan yang dibuka di depan rumah.

Soal bansos pekerja seni ini, suarasurabaya.net sudah berupaya mengklarifikasi dengan menghubungi Sinarto Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Timur. Juga Antiek Sugiharti Kepala Dinas Pariwisata Kota Surabaya. Keduanya tidak merespons panggilan telepon.(den/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs