Jumat, 22 November 2024

Belajar dari Kasus Semeru, Anis Matta: Indonesia Perlu Bangun Solidaritas Mitigasi Bencana

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Anis Matta dalam Gelora Talk bertujuk 'Climate Change, Mitigasi Bencana dan Solidaritas Kita', Rabu (8/12/2021). Foto: Istimewa

Anis Matta Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menilai Indonesia saat ini perlu membangun solidaritas mitigasi bencana, belajar dari kasus awan panas guguran Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur, yang telah menyebabkan puluhan warga meninggal dan luka-luka serta belasan lainnya masih dalam pencarian.

“Kita sudah mendengarkan bahwa peringatan dini itu, ternyata sudah dilakukan oleh BMKG atau otoritas PVMBG. Untuk ini, kita perlu membangun solidaritas pada tahapan mitigasi,” kata Anis Matta dalam Gelora Talk bertujuk ‘Climate Change, Mitigasi Bencana dan Solidaritas Kita’, Rabu (8/12/2021).

Menurut dia, mitigasi bencana ini penting dilakukan untuk meminimalisir jumlah korban jiwa dan menghindarkan adanya ‘kebutuhan politik’ jangka pendek setiap kali ada bencana kemanusiaan.

“Kalau mitigasi rencananya sudah terjadi, situasinya akan lebih emosional dan dramatis. Kebutuhan politik jangka pendek berbaur dengan panggilan kemanusian. Yang penting itu, bagaimana menghindarkan kecelakaan dan kerugian nyawa pada situasi bencana seperti itu,” kata Anis.

Karena itu, lanjut Anis Matta, disini lah perlunya kesadaran tentang perubahan iklim secara fundamental. Tidak hanya mengatur masalah tata ruang, tetapi juga peningkatan teknologi kebencanaan, karena wilayah geografis Indonesia rawan bencana alam.

“Sebelum awan panas guguran Semeru kemarin seperti tidak ada peringatan dini kita lakukan. Sebenarnya agak memalukan kita sebagai bangsa, apalagi tergabung di G20 dan presidennya sekarang adalah presiden kita sendiri,” ujarnya.

Anis Matta berharap hal ini menjadi perhatian serius pemerintah untuk mengambil langkah konkrit, bahwa Indonesia telah memasuki darurat perubahan iklim secara secara sistematis.

“Saya juga ingin sampaikan bahwa setiap kali ada bencana bencana alam yang kita alami terlalu banyak peristiwa atau drama politik yang menyertainya. Kunjungan para pejabat tinggi datang silih berganti  seperti yang kita lihat di Semeru. Ini menyedihkan, korban terus berjatuhan tanpa bisa kita melakukan langkah-langkah mitigasi yang lebih sistematis,” tegasnya.

I Gede Suantika mantan Kepala Bidang Pengamatan Dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG menegaskan, PVMBG sudah mengeluarkan peringatan dini sebelum awan panas guguran lava Semeru, bahkan peringatan dini tersebut diberikan setiap hari.

“PVMG sudah memberikan peringatan dini kepada pemerintah, kita mengeluarkan peringatan dini itu setiap hari berdasarkan hasil pengamatan yang kita lakukan,” kata I Gede Suantika.

Hal senada disampaikan Kadarsah Kepala Analisis Perubahan Iklim mengatakan, BMKG telah memberikan update informasi mengenai cuaca dan daerah rawan bencana, akibat fenomena La Nina yang melanda Indonesia saat ini.

“Jadi begitu ada kejadian-kejadian, kami langsung infokan melalui kanal-kanal informasi BMKG. Ini daerah rawan longsor misalnya agar diperhatikan, tapi memang perlu ada koordinasi lebih lanjut di tataran pemerintah daerah,” kata Kadarsah.

Sofyan Koordinator Aktivis Pencinta Alam Sanggabuana mengatakan, wilayah Indonesia merupakan kawasan rawan bencana, sehingga diperlukan upaya untuk mengurangi resiko bencana lebih efektif lagi.

“Kita perlu kajian kerentanan bencana untuk mengetahui tentang faktor pemicu dan penyebab sehingga kita bisa melakukan berbagai hal untuk mengurangi risiko, sehingga mengurangai resiko  bencana. Kita juga perlu lebih mengefektifikan lagi kearifan lokal,  mereka sudah ada early warning sistem,” kata Sofyan.

Sedangkan Sulfiadi Barmawi Komandan Blue Helmet Indonesia mengatakan, kesigapan Blue Helmet mendatangi lokasi bencana tak lain ingin memberikan harapan dan semangat kepada para korban bencana alam, termasuk korban erupsi Gunung Semeru, Lumajang.

“Semangat kita ingin menjadi bagian dari pada orang-orang yang memberikan harapan kepada para penyintas, kepada para korban. Semangat totalitas tanpa batas dari Blue Helmet ini mendapatkan dukungan banyak pihak. Terkait bencana ini kita perlu, ada Sinergi dan kolaborasi yang kuat, sehingga bisa mengurangi beban masyarakat, nafas panjang pelayanan dalam bencana adalah Kolaborasi” kata Sulfiadi.

Dalam kesempatan ini, Blue Helmet menyampaikan perkembangan langsung di lokasi bencana erupsi Gunung Semeru di Lumajang. Informasi perkembangan disampaikan secara lansung oleh Ketua Blue Helmet Jawa Timur Hasan Basori.

“Ini hari keempat, Blue Helmet di lokasi bencana di wilayah Pronojiwo. Satu tahun lalu, kita sudah kesini saat terjadi gempa dan kita datang lagi saat banjir bandang akibat erupsi Semeru. Bantuan yang ada sudah melimpah, tinggal menyalurkan ke lokasi-lokasi pengungsian yang sebagian besar jalurnya terputus,” kata Hasan Basori.(faz/tin/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs