Bimo Aryo Tedjo PHD Peneliti Bioteknologi University of Putra Malaysia (UPM) menyebut, peraturan Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat di Indonesia sudah benar.
Terutama dengan hanya mengizinkan masyarakat yang bekerja di sektor industri esensial dan kritikal yang diperbolehkan bekerja.
“Dari segi peraturan sudah bagus. Misal di DKI (Jakarta) mengeluarkan sektor apa saja yang diizinkan buka dan bekerja harus mendapat surat izin, jadi mereka harus menunjukkannya kepada petugas,” kata Bimo kepada Radio Suara Surabaya, Kamis (8/7/2021).
Namun yang jadi persoalan adalah masih banyaknya masyarakat yang nekat melanggar aturan meski mereka sudah tahu aturan PPKM Darurat, dan karena mereka ingin coba-coba.
“Tapi kebanyakan orang nekat, coba-coba keberuntungan, berharap petugas kasihan dan lain-lain, padahal mereka tahu aturannya. Ini yang menyebabkan macet di mana-mana dan akhirnya mereka yang seharusnya diizinkan bekerja jadi terhambat,” jelasnya.
Bimo mengatakan, setiap negara punya masalah yang sama dalam menghadapi pandemi karena tidak ada satu pun negara yang berpengalaman mengatasi pandemi Covid-19. Untuk itu, aparat pemerintah harus tegas dalam menegakkan aturan dan ketat dalam melakukan pengawasan.
Profesor dari kampus yang terletak di Selangor Malaysia itu menambahkan, sebenarnya kondisi yang terjadi di Indonesia dan Malaysia saat ini tidak jauh berbeda, yakni sama-sama melakukan pengawasan mobilitas masyarakat secara ketat untuk menurunkan kasus Covid-19.
Yang berbeda adalah, jika kasus Covid-19 di Indonesia merupakan varian Delta yang pertama kali ditemukan di India, di Malaysia lebih banyak bergelut dengan varian Beta yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan.
Menurut Bimo, varian Beta lebih ganas namun persebarannya tidak secepat varian Delta. Meski begitu, masyarakat dan pemerintah Indonesia tidak boleh menganggap remeh Covid-19 varian apa pun.
Karena varian Delta meski memiliki tingkat keganasan lebih rendah, jika penyebarannya cepat dan tidak segera ditangani, maka fasilitas kesehatan tidak akan mampu menampung banyaknya pasien.
Akibatnya, banyak pasien yang tidak mendapatkan penanganan yang optimal.
“Tentu itu bukan good news karena akan banyak rumah sakit yang terbebani. Kalau terbebani, walaupun ringan, pelayanan tidak maksimal dan penyakit jadi parah,” ujarnya.(tin/den)