Jumat, 22 November 2024

Bantu Kembangkan Kebun Komunitas, Mahasiswa ITS Gagas Gardellive

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
flyer

Mahasiswa ITS menggagas sebuah aplikasi Gardellive, inovasi yang mengintegrasikan telepon seluler (ponsel) dan kondisi kebun komunitas dengan memanfaatkan sensor berbasis artificial intelligence (AI).

Masyarakat urban memiliki kecenderungan daya beli yang rendah untuk menanam dan memanen kebutuhan pangannya sendiri. Padahal, dengan menanam dan memanen sendiri setidaknya masyarakat akan dapat meminimalisasi pengeluaran dan justru bisa menambah pemasukan.

Seperti dikatakan Muhammad Nur Slamet, ketua tim penggagas Gardellive, masyarakat akan lebih mudah menanam sendiri dan mengonsumsi hasilnya ataupun memperjual belikannya menggunakan Gardellive.

“Selain latar belakang perekonomian, ide ini kami gagas dengan harapan dapat menunjang pemenuhan kebutuhan pangan empat sehat lima sempurna masyarakat urban,” terang Omet sapaan Muhamamd Nur Slamet.

Kebun komunitas dipilih, papar Omet sebagai objek penerima manfaat karena lahan yang dibutuhkan tidak cukup besar. Penggunaan lahan bersama sebagai kebun komunitas dirasa tepat untuk didorong lebih maju sehingga berkembang di perkotaan.

Gardellive menawarkan berbagai kemudahan dalam satu genggaman. Teknologi ini memudahkan upaya memaksimalkan sistem kebun komunitas berbasis hidroponik dengan menekan besar usaha pekebun untuk memantau tanamannya.

Omet menjelaskan, para pekebun akan dibantu merekap perkembangan tanaman dengan bantuan AI sebagai sensor pendeteksi di lapangan. “Mulai dari sistem pengairan, pengukuran pH, temperature, dan kelembapan, semua telah terintegrasi melalui Gardellive,” kata mahasiswa Departemen Teknik Material dan Metalurgi ini.

Dari pembacaan sensor berbasis AI itu, pekebun juga disuguhi berbagai solusi penanganan apabila terdapat gejala masalah yang menyerang kebun komunitasnya. Kemudahan-kemudahan itulah yang ditawarkan Gardellive pada fitur Gardener yang diharapkan dapat memberdayakan kemampuan produksi pangan sendiri.

Tidak hanya memfasilitasi para pekebun melalui fitur Gardener, Omet dan timnya juga menaruh fitur Buyers sebagai pelengkap. Melalui fitur ini, masyarakat sekitar akan terhubung kepada para pekebun, dan pekebun pun akan lebih mudah menjajakan hasil panennya.

Jika disederhanakan, Gardellive adalah aplikasi yang memuat sistem aplikasi jual beli online, track recording, dan layanan antar-jemput. “Di luar itu, Gardellive menyuguhkan keunggulan berupa kelengkapan data, sistem koperasi dan jual beli, serta teknologi yang digunakan,” terang Omet.

Dengan kelengkapan data yang disimpannya, rekomendasi-rekomendasi atas masalah perkebunan akan semakin beragam ditawarkan kepada para pekebun. Sementara sistem koperasi, dipasang untuk mempermudah penjaringan konsumen dan stakeholder yang mungkin terkait.

“Pada penyusunan teknologi Gardellive, kami memanfaatkan Artificial Neural Network agar automatisasi kerja sensor, CCTV, pH meter, arduino uno, dan material lain berjalan lancar,” ujar mahasiswa asal Sulawesi ini. Sistem yang dirangkai sedemikian rupa itu, diharapkan Omet dan keempat temannya, agar dapat berjalan dan tetap menjaga efektivitas waktu.

Sebagai satu diantara alat ukur efektivitas waktu dan langkah kerja, Gardellive pun menyediakan papan timeline dalam layanannya. Layanan ini bermaksud untuk merekomendasikan waktu tepat kapan langkah pemupukan sebaiknya dikerjakan, hingga kapan sebaiknya dipanen.

“Jadwal yang direkomendasikan oleh papan timeline ini mengikuti sistem, berdasarkan potret tanaman yang ditangkap oleh detector di lapangan,” terang Omet.

Omet berharap agar ide yang disusunnya selama empat bulanan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta. Sehingga, dampak di bidang pangan, kesehatan, hingga perekonomian dapat dirasakan oleh sebagian besar masyarakat urban secara khusus, dan masyarakat Indonesia secara umum.

Pasalnya, mahakarya hasil pendampingan dosen Azzah Dyah Pramata ST MT MEng PhD ini berhasil mengantarkan Omet dan timnya yang terdiri dari Adella Fahdarina, Fahira Develin, Ghanistra Yudha, dan Syafira Dewi Irawan berhasil merebut Gold Medal pada ajang internasional, Khayyam Festival dari Annia Association, Iran akhir tahun 2020 lalu.(tok/lim)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs