Jumat, 22 November 2024

Aplikasi Garamin Fasilitasi Petani Garam Temukan Solusi Produksi

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Tim ITS yang membuat Garamin dan mencoba mencarikan solusi buat petani garam khususnya produksi garam laut. Foto: Humas ITS

Terkait dengan posisinya sebagai negara kedua dengan garis pantai terpanjang di dunia, Indonesia punya potensi besar pada produktivitas sektor produksi garam laut. Tetapi ternyata terdapat beberapa masalah produktivitas yang harus dihadapi.

Mahasiswa ITS mencoba mencarikan solusi bagi para petani garam di Indonesia dengan berusaha mengembangkan suatu aplikasi e-koperasi petani garam yang diberi nama Garamin. Ide kreatif ini dikembangkan tiga mahasiswa Departemen Teknik Informatika ITS. Mereka adalah Barhan Akmal Falahudin, Abd Wahid, dan Nur Muhammad ‘Ainul Yaqin.

Gagasan ini berakar dari keresahan yang dihadapi agar dapat menfasilitasi para petani garam mengatasi kesulitan dalam hal distribusi. “Tujuan fasilitasi ini dimaksudkan agar pemerintah dapat melakukan swasembada garam melalui produk garam lokal,” terang Barhan Akmal Falahudin, Kamis (27/5/2021).

Akmal sapaan Barhan Akmal Falahudin, sebagai ketua Tim menyampaikan bahwa aplikasi kreasi timnya tersebut memiliki beberapa fitur unggul, antara lain manajemen koperasi, notifikasi mengenai iuran dan pengumuman kepada petani garam, hingga fitur edukasi untuk meningkatkan proses produksi garam. “Desain aplikasi mudah dipahami dan berukuran kecil, sehingga lancar digunakan oleh para pengguna,” tambah Akmal.

Lebih lanjut dijelaskan, proses pengembangan aplikasi berlangsung selama sembilan hari, dimulai dengan riset terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di bidang maritim dan penentuan ide. Proses dilanjutkan dengan desain UI/UX, API Specification, hingga finalisasi aplikasi.

“Sebagai mahasiswa semester dua, salah satu kesulitan yang kami hadapi adalah cara untuk menyusun aplikasi secara matang,” kata Akmal meyakinkan. Terkait implementasinya, Akmal menyebutkan terdapat dua user sasaran, yaitu pengurus dan anggota koperasi.

Pengurus dapat menambahkan pemasukan dan pengeluaran, memberikan pengumuman dan notifikasi pembayaran iuran pada anggota, serta mengunggah materi edukasi. Di sisi anggota, mereka dapat memantau keuangan koperasi, mendapatkan pengumuman dan edukasi, serta notifikasi pembayaran iuran.

Akmal menambahkan, terdapat beberapa alasan dalam fokus utama untuk menghidupkan koperasi distribusi produksi petani garam. Salah satunya adalah untuk memperpendek rantai distribusi garam yang diproduksi oleh petani garam, sehingga keuntungan yang diterima petani garam meningkat. “Para petani tidak perlu khawatir jika datang masa sulit, karena keuntungan telah dikelola oleh koperasi,” kata Akmal.

Meninjau beberapa aspek, karya ini telah berhasil mendapat gelar juara tiga pada Hackathon Maritim 2021 oleh Dinas Pembinaan Potensi Maritim Angkatan Laut (Dispotmaral) TNI AL, beberapa waktu lalu. Kompetisi tersebut juga tercatat dalam Rekor MURI sebagai hackathon pertama yang diselenggarakan di atas kapal perang di Indonesia.

Selain bangga, tim Garamin berharap, aplikasi buatannya dapat membantu aktivitas pertanian garam di Indonesia dan juga menaikkan taraf ekonomi mereka dengan berbasis koperasi. Evaluasi terhadap beberapa fitur akan terus dilakukan dan dikembangkan, guna memberikan layanan terbaik bagi para petani garam. “Ke depannya, tak hanya di lingkup maritim, aplikasi serupa diharapkan dapat dikembangkan pula pada lingkungan pertanian dan perikanan,” tutup Akmal.(tok/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs