Jumat, 22 November 2024

Anies Baswedan : Tantangan Pers Sekarang Adalah Mengalahkan Penyebaran Covid-19

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Anies Baswedan Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta. Foto Dok : Faiz suarasurabaya.net

Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta mengatakan tantangan terbesar Pers Indonesia sekarang adalah mengalahkan penyebaran Covid-19.

Hal ini disampaikan Anies dalam sambutannya di Konvensi Nasional Media Massa, Senin (8/2/2021) yang merupakan rangkaian Hari Pers Nasional 9 Februari. Hari Pers Nasional (HPN) tahun ini mengambil tema “Pers Nasional Bangkit Dari Krisis Akibat Pandemi Covid-19 dan Tekanan Disrupsi Digital”

“Sekarang kita masuk HPN era Covid-19, dan tema yang diambil menggambarkan bahwa kita menghadapi tantangan. Karena itu, kata pertamanya adalah bangkit. Saya ingin menggarisbawahi kata bangkit,” ujar Anies.

Menurut dia, kata “Bangkit” inilah yang harus digaungkan lebih luas bahwa bangsa Indonesia sudah mengalami berbagai ujian, bermacam tantangan dan Indonesia akan lebih kuat.

“Indonesia, bangsa kita, Alhamdulillah selalu bisa bangkit dari ujian seberat apapun. Insya Allah kali ini kita akan bangkit pula dan akan menjadi lebih kuat, lebih jaya, lebih hebat,” tegasnya.

Ketika menghadapi krisis seperti ini, kata Anies, dari sisi pemerintah menyampaikan betapa besarnya peran media massa atau pers. Ini menjadi penting karena untuk menghadapi pandemi ini, agak berbeda dengan jenis-jenis bencana lain.

Menurut Anies, ada jenis-jenis krisis lain. Krisis kesehatan yang sekarang melanda seluruh dunia membutuhkan kebijakan yang tepat di level makro dan perilaku yang benar di level mikro. Hanya kebijakan yang tepat saja, tapi tidak diiringi perilaku mikro yang benar, maka hasilnya tidak baik. Sebaliknya bila langkah mikro individual benar, tapi tidak ada kebijakan makro yang tepat, maka pandemi ini sulit dikendalikan.

Kata Gubernur DKI, Ini berbeda dengan ketika menghadapi tsunami, gempa bumi, bencana gunung meletus, yang banyak terjadi di Indonesia, ataupun ketika hujan sungai meluap. Peristiwanya terjadi sekali, sesudah itu dampaknya bisa dikelola.

“Peristiwa terjadi tanggal X, sesudah itu X Plus satu, dua, tiga, empat, lima kita mengelola dampaknya. Kali ini peristiwanya terjadi terus menerus yang kita belum tahu ujungnya kapan dan bagaimana. Untuk mengendalikan ini, maka diperlukan langkah bersama di tingkat makro (kebijakan) dan langkah bersama di tingkat mikro (pribadi) terjadi.

Untuk ini bisa berlangsung secara bersama, menueut Anies, harus ada kesamaan kesadaran, kesetaraan pengetahuan, dan pemahaman yang tepat. Dan yang bisa berperan adalah Pers.

“Dan siapa yang memainkan peran itu? teman-teman pers memiliki kesempatan untuk memainkan peran menjadi pembangun kesadaran tersebut,” jelasnya.

“Karena inilah yang kemudian muncul bagaimana saya memakai masker, bagaimana saya menjaga jarak, bagaimana saya mencuci tangan secara rutin, itu akan sangat dipengaruhi oleh pemahaman kita. Dan hari ini media menjadi instrumen yang luar biasa,” kata dia.

Oleh karena itu, Anies menjelaskan bahwa peristiwa yang sekarang terjadi jangan dipandang sebagai peristiwa biasa. Karena peristiwa ini panjang yang akan dikenang dalam sejarah.

“Jadi berkali-kali saya menyampaikan kalau pandemi ini kejadiannya 100 tahunan mungkin ke depan lebih sering. Tindakan kita hari ini bukan saja akan menjadi perhatian kita sekarang, tapi ini akan menjadi perhatian para sejarawan di masa yang akan datang. Mereka akan menengok kepada masa ini dan peran masing-masing kita akan disorot dengan menggunakan data yang terkumpul dengan lengkap,” kata Anies.

Menurut Anies, bagian pemerintah melakukan 3T, bagian dari mikro melakukan 3M. Dan media menjadi penyambung untuk bisa memastikan pemerintah benar-benar menjalankan 3T. Karena media kemudian membawa peran memastikan bahwa proses pemerintahan berjalan dengan benar sebagai salah satu pilar dalam proses demokrasi, sementara disisi lain, media mengajak masyarakat mencerahkan dan mencerdaskan untuk bisa melaksanakan 3M dengan benar.

“Jadi, ini adalah peluang sejarah yang harus diambil oleh teman-teman media, dan saya percaya, pers Indonesia, para jurnalis selalu menjadi bagian yang penting di dalam proses kebangsaan, proses perjalanan republik ini,” ujar dia.

Dari awalnya, Anies menilai pers adalah ujung tombak untuk menggagas dan menyebarkan kemerdekaan. Semua tokoh pendukung kemerdekaan adalah penulis. Penulis adalah intelektual di masanya, dan semua gagasan disampaikan dalam bentuk tulisan-tulisan yang menyebar ke berbagai wilayah kota-kota utama di Indonesia hingga akhirnya kemerdekaan.

Kali ini tantangan Pers adalah bukan mengusir kolonialisme, kali ini adalah mengalahkan penyebaran virus. Dan ini adalah panggilan sejarah bagi dunia jurnalistik atau panggilan sejarah bagi pers di Indonesia.

“Insyaa Allah panggilan ini akan dijawab dengan peran yang membuat kita bisa segera bangkit,” pungkas Anies.(faz/lim)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs