Jumat, 22 November 2024

Aktivis Lingkungan Ajak Masyarakat Kelola Sampah Organik

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi lubang resapan biopori.

Pada hari Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang jatuh pada Minggu (21/2/2021), Wawan Some Aktivis Peduli Lingkungan dari Komunitas Nol Sampah mengajak masyarakat mengolah sampah organik. Salah satunya dengan makan secukupnya dan habiskan makanan. Bukan tanpa alasan, gerakan itu dia kampanyekan untuk mengurangi sampah makanan.

“Itu datanya 45 persen sampah kita itu sisa-sisa makanan. Ini yang sedang dilakukan Pemkot Surabaya juga untuk mendorong makan secukupnya dan habiskan,” kata Wawan kepada Radio Suara Surabaya, Minggu siang.

Tidak hanya itu, sebanyak 60 persen sampah di Surabaya adalah sampah anorganik. Sehingga ia mendorong masyarakat untuk melakukan beberapa upaya untuk mengurangi sampah.

Pertama, yakni dengan mengurangi sampah mulai dari diri sendiri. Caranya dengan menggunakan alat-alat yang bisa digunakan berkali-kali seperti tempat makan, botol minuman, tas belanja dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi sampah plastik yang sulit terurai.

Selain itu, masyarakat harus menimbang sebelum memakai atau membeli barang tertentu, apakah barang tersebut dapat didaur ulang. Jika tidak bisa mendaur ulang sampahnya secara mandiri, Wawan menekankan pentingnya pemilahan sampah, mulai sampah organik, sampah anorganik, hingga sampah medis yang saat ini meningkat.

Untuk mengolah sampah organik, lanjutnya, masyarakat bisa membuat lubang resapan biopori. Biopori ini dapat digunakan sebagai tempat membuang sampah organik yang bisa berguna untuk menyuburkan tanah. Caranya dengan melakukan pelubangan terhadap beton dan semen berdiameter 10 sentimeter di halaman rumah.

Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dan di dalamnya terbentuk lubang-lubang kecil yang terbentuk karena aktivitas organisme. Lubang-lubang itu akan terisi udara dan menjadi tempat serapan air di dalam tanah yang bisa memperlancar jalur air yang meresap.

Dalam proses alami, biopori adalah tempat lewatan aktivitas fauna di tanah seperti akar yang akan membentuk lubang di dalam tanah. Biopori menjadi salah satu cara mengurangi pembuangan sampah ke TPA. Apalagi sampah organik yang di TPA berbahaya karena menghasilkan gas metana ke udara.

Pemkot Surabaya sendiri mulai membangun biopori namun dengan ukuran jumbo, yakni berdiamter 50-80 sentimenter. Biopori tersebut dibangun dibawah jalan sehingga masih bisa dilewati kendaraan.

“Jadi digali, dimasukkan situ (sampanya), ditutup. Itu ada bukaannya, sampah-sampah organik bisa masuk disitu,” tambahnya.

Wawan menjelaskan, sistem tersebut juga mulai dilakukan oleh warga Surabaya secara mandiri. Yakni dengan membuat dari ember dengan kapasitas 25 liter agar daya tampung sampah lebih banyak.

“Surabaya kan orangnya suka niru, kalau ada satu kampung berhasil biasanya ditiru. Efektifitasnya lumayan bagus dan kalau ingin lebih efektif lagi dengan upaya pemilihan sampah,” ujarnya.(tin/den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs