Jumat, 22 November 2024

Ahli Gizi Persagi: Pemenuhan Kebutuhan Gizi Pengungsi Seringkali Kurang Maksimal

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Ahli Gizi Relawan RSLI bantu monitoring pelaksanaan PMBA (Pemberian Makanan Bayi & Anak) dipengungsian Semeru. Rabu(15/12/2021). Foto: Humas RSLI

Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Ahli Gizi (DPD Persagi) Jatim menerjunkan personel ahli gizi untuk mendampingi proses monitoring dan evaluasi kegiatan Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) di lokasi pengungsi terdampak awan panas dan guguran (APG) Gunung Semeru.

Nono Tri Nugroho beserta tim yang juga personel Relawan Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) diterjunkan untuk memberikan kontribusi penanganan pascabencana erupsi Semeru di Posko Balai Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Lumajang.

Sesuai kompetensi dan kapasitasnya, ahli gizi itu melakukan asesmen dan pengawasan serta pendampingan untuk pemberian makanan. Khususnya kepada bayi dan anak agar angka kecukupan gizinya terpenuhi.

“Ini sangat penting, karena anak-anak butuh asupan yang cukup untuk pertumbuhannya. Apalagi pada kondisi bencana yang mana mereka membutuhkan energi ekstra untuk pemulihan fisik dan psikis, ujar Nono.

Biasanya, kata dia, dalam hal penangan kebencanaan dengan jumlah korban terdampak cukup besar (ribuan), perhatian pada hal khusus seperti kebutuhan bayi dan anak kurang maksimal atau luput dari perhatian.

“Di siniah pentingnya kehadiran relawan ahli gizi dalam mengcover urusan itu,” katanya.

Nono bilang, tidak hanya untuk bayi dan anak, orang-orang dewasa juga memerlukan asesmen dan pendampingan dalam hal pemenuhan kebutuhan dan kecukupan gizi mereka.

“Jangan sampai penyediaan makanan bagi pengungsi tiga kali sehari hanya memenuhi kepantasan dan mengobati rasa lapar semata. Angka Kecukupan Gizi (AKG) harus diperhatikan dengan seksama. Daftar siklus menu pun harus dibuat untuk memastikan nilai gizinya cukup dengan variasi penyajian menu sehingga mereka bisa menikmati makanan itu,” sarannya.

Selain itu, dari sisi pemberian makanan balita dan anak, belum ada komunikasi yang masif sehingga banyak pengungsi yang mempunyai bayi atau anak tidak tahu adanya fasilitas itu.

“Untuk penangan pengungsi di Kecamatan Pasirian sudah berlangsung PMBA dengan rencana siklus menu lima hari. Pemanfaatan sayur dan buah masih belum maksimal karena mungkin ada kendala komunikasi sehingga dikhawatirkan pengungsi akan kekurangan vitamin, mineral, dan serat,” ujarnya.

Dari pengamatannya ada beberapa masukan dan catatan terhadap urusan permakanan untuk pengungsi. Kepedulian segenap elemen masyarakat Indonesia atas korban bencana erupsi Semeru telah memicu derasnya aliran bantuan logistik ke posko pengungsian di Lumajang.

Banyaknya bantuan itu menyebabkan kendala dalam proses penyimpanan, alur distribusi, dan juga pengelolaannya. “Perlu manajemen yang bagus dalam mengelola logistik permakanan, serta asesmen dan pendampingan profesional bidang gizi, sehingga pemenuhan kebutuhan para pengungsi bisa terjamin dan berjalan lancar,” kata Nono. (man/den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
36o
Kurs