Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim akan menguji coba pembelajaran tatap muka (PTM) bagi sekolah-sekolah yang berada di luar zona merah kerawanan penularan Covid-19.
Uji coba ini akan dimulai pada 18 Agustus mendatang di tiga sekolah SMA, SMK, dan SLB, baik negeri maupun swasta di masing-masing kota di Jatim, selama dua pekan.
Wahid Wahyudi Kepala Dindik Jatim bilang, uji coba pembelajaran tatap muka telah ditetapkan setelah adanya surat edaran yang dikeluarkan oleh Gubernur Jatim.
“Hari ini akan diterima (Dindik Jatim) dan teknisnya akan ditambahi dari surat Kadindik,” ujar Wahid dalam pembukaan webinar series program bidang PKPLK, Senin (10/8/2020).
Wahid mengatakan, sesuai kebijakan Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim, uji coba pembelajaran tatap muka ini bisa dilakukan kecuali di zona merah.
Untuk zona oranye, Dinas Pendidikan Jatim hanya memperkenankan 25 persen siswa yang boleh mengikuti pembelajaran tatap muka secara bergiliran.
Dengan demikian, kalau dalam satu kelas total jumlah siswa sebanyak 36 orang, maka saat uji coba pembelajaran tatap muka hanya sembilan siswa yang diizinkan masuk kelas.
“Durasi pembelajaran tatap muka juga hanya setengah. Tidak 8 jam pelajaran seperti sebelumnya, tapi hanya 4 jam. Untuk zona hijau bisa 50 persen siswa,” ujarnya.
Uji coba pembelajaran tatap muka ini, kata Wahid, dilatarbelakangi banyaknya kendala yang muncul selama pembelajaran jarak jauh (PJJ). Terutama bagi keluarga tidak mampu.
Kendala muncul akibat terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki keluarga tidak mampu, sehingga siswa yang harus belajar secara daring harus meminjam ponsel pintar tetangga.
“Ada juga yang punya HP satu. Bapaknya saja, tapi anaknya banyak butuh PJJ,” tambahnya.
Selain itu, tak sedikit siswa di berbagai wilayah di Jawa Timur yang terkendala internet selama pelaksanaan PJJ. Juga terbatasnya sumber daya manusia dalam menggunakan teknologi.
Pelaksanaan uji coba PTM ini, kata Wahid, akan mempertimbangan siswa SMA, SMK, dan SLB dengan kondisi fisik sehat, sehingga pola pikirnya mampu melaksanakan protokol kesehatan.
“Maka dari itu cabang dinas dan kepala sekolah kami minta koordinasi dengan gugus tugas Covid-19. Harus atas persetujuan gugus tugas Covid,” tegas Wahid.
Wahid juga menekankan, sekolah harus menyiapkan semua sarana prasarana. Dari alat cuci tangan, disinfektan, dan lainnya. Begitu juga dalam beribadah, dia meminta sekolah memperhatikan alat ibadah yang dibawa siswa.
“Jangan sampai alat ibadah seperti sajadah digunakan bergantian. Harus bawa sendiri-sendiri,” katanya.
Dia juga meminta sekolah agar mengeluarkan aturan wajib jaga jarak bagi guru dan mereka tidak dibolehkan berkeliling kelas. Lalu dia meminta agar kantin ditutup sementara.
“Jadi ada tugas double dari pihak sekolah. Harus menyiapkan belajar tatap muka dan PJJ bila ada siswa yang tidak diizinkan masuk sekolah oleh orang tua. Uji coba dua minggu ini akan kami evaluasi,” katanya.
Jika dari hasil evaluasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka berjalan baik, maka awal September Dinas Pendidikan berencana mengembangkan uji coba ini ke kelas yang lebih besar lagi.
Wahid juga meminta agar semua pihak memantau pelaksanaan uji coba pembelajaran tatap muka ini, sebab uji coba ini akan menjadi pilot project secara nasional.(den/iss/ipg)