Rumpun Tracing Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim kesulitan melacak benang merah atau rantai penularan atau klaster penularan kasus Covid-19 di Jawa Timur.
Kohar Hari Santoso selaku Ketua Rumpun Tracing mengakui itu. Agaknya, dari apa yang dia sampaikan di Grahadi, Jumat (3/4/2020) petang, tim tracing terkendala keluarga pasien yang kurang kooperatif.
“Mohon dari masyarakat yang keluarganya terindikasi PDP atau OTG (Orang Tanpa Gejala), beri kami kesempatan melakukan tracing (pelacakan). Karena ini bagian kami melihat jaring-jaring terkait, sebagai upaya-upaya pencegahan,” ujarnya.
Kohar memberi tanda adanya kecenderungan-kecenderungan baru bahwa tugas pelacakan yang dilakukan tim tracing mulai disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Kohar pun memaklumi bila masyarakat lebih waspada atas pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab itu. “Memang harus hati-hati kalau ada yang ngaku tim tracing, ada niatan tidak baik,” katanya.
“Tetapi, kalau anggota kami yang tracing, mohon direspons. Karena kami juga kesulitan mendapat klaster-klaster di Surabaya maupun di Sidoarjo. Sehingga belum kami temukan benang merah terkait dengan kasus lainnya.”
Setelah tiga pekan lebih penyebaran virus SARS CoV-2 penyebab infeksi Covid-19, jumlah orang yang dinyatakan positif sudah 152 orang. Tetapi Kasusnya belum terklarifikasi dalam klaster penularan.
Baru ada satu klaster penularan Covid-19 yang kemarin bikin Lamongan masuk zona merah dengan 10 kasus positif sekaligus. Klaster itu adalah kegiatan Pelatihan Petugas Haji Indonesia 2020 di Asrama Haji Surabaya, 9-18 Maret lalu.
Ada 413 orang dari berbagai daerah di Jawa Timur, bahkan dari Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT), terlibat dalam kegiatan itu. Sekarang, 19 di antara mereka dinyatakan positif Covid-19. Delapan di antaranya adalah peserta dari Lamongan.
Lalu ada satu dari 10 kasus positif di Lamongan yang diketahui bahwa orang bersangkutan ternyata teman dari peserta pelatihan petugas haji yang juga positif Covid-19. Ini seharusnya menjadi rantai penularan baru dari klaster Asrama Haji.
“Dari 49 (positif COVID-19 di Jatim) yang disampaikan, yang Lamongan ini kita sudah melakukan tracing. Delapan terkait pelatihan petugas haji. Enam di antaranya peserta. Dua lainnya tim pembina haji, yang satu di antaranya terindikasi ada penyakit penyerta TBC,” ujarnya.
“Satu (positif) lainnya teman dari yang ikut pelatihan,” kata Kohar.
Ada satu lagi klaster di Sidoarjo, yang mana menginfeksi salah satu ASN di lingkungan Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur. Pasien yang tinggal di daerah Candi itu pernah mengikuti rapat bersama Budi Karya Sumadi Menhub di Jakarta.
Tetapi, menurut Kohar beberapa waktu lalu, dia memastikan bahwa tracing terhadap ASN lain di Dishub Provinsi Jatim sudah dilakukan. Hasilnya, tidak ada lagi yang dinyatakan positif Covid-19. Tidak pula yang berstatus Pasien dalam Pengawasan (PDP).
Klaster lain, seperti kasus di Surabaya yang kini sudah menjadi 77 kasus positif Covid-19, mungkin memang seperti yang diakui oleh Kohar, benang merahnya sudah sulit terlacak. Bisa jadi karena pelacakan yang dilakukan terlambat.(den/tin/ipg)