Jumat, 22 November 2024

Tim Mitigasi Organisasi Kedokteran Serukan Kedisiplinan Protokol Kesehatan di Semua Lapisan

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Ilustrasi. Foto : Pixabay

Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bersama Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mengungkap data kematian tenaga kesehatan akibat Covid-19 yang meningkat pesat.

Dokter Eka Ginandjar Ketua Tim Protokol dari Tim Mitigasi IDI mengatakan, per hari ini, Selasa (29/9/2020) tercatat 127 dokter yang meninggal dunia.

Rinciannya, 66 Dokter Umum (4 di antaranya guru besar), 59 dokter spesialis (4 di antaranya guru besar), serta dua orang residen.

Para dokter yang gugur dalam menjalankan tugasnya itu berasal dari 18 IDI Wilayah (provinsi), dan 61 IDI Cabang (kabupaten/kota).

Berdasarkan data provinsi, paling banyak dari Jawa Timur (31 dokter), kemudian Sumatera Utara (21 dokter), DKI Jakarta (17 dokter), Jawa Barat (11 dokter), Jawa Tengah (9 dokter).

Lalu, Sulawesi Selatan (6 dokter), Bali (5 dokter), Sumatera Selatan (4 dokter), Kalimantan Selatan (4 dokter), DI Aceh (4 dokter), Kalimantan Timur (3 dokter), Riau (3 dokter), Kepulauan Riau (2 dokter), DI Yogyakarta (2 dokter), Nusa Tenggara Barat (2 dokter), Sulawesi Utara (1 dokter(, Banten (1 dokter), dan Papua Barat (1 dokter).

Menurut Dokter Eka, angka kematian dokter yang meningkat pesat itu karena sebagian besar masyarakat belum memahami pelaksanaan aturan adaptasi kehidupan baru, dan masih banyak yang tidak mematuhi protokol kesehatan.

Sekarang, munculnya klaster-klaster baru di setiap area dan bidang merupakan hal yang harus diwaspadai.

Supaya korban tidak bertambah banyak,  organisasi kedokteran tersebut mengimbau seluruh lapisan masyarakat disiplin melaksanakan pencegahan dengan cara 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak fisik dan mencuci tangan dengan sabun.

“Penggunaan Masker yang baik dan benar sangat penting dalam upaya memutus rantai penularan Covid-19 termasuk menjaga diri kita dan orang lain yang kita sayangi dari tertular, maka langkah 3M harus dilaksanakan,” ujarnya di Jakarta, Selasa (29/9/2020).

Dokter Eka menegaskan, 3M harus diimplementasikan secara masif oleh semua orang tanpa kecuali mulai dari pejabat negara sampai masyarakat biasa.

“Pelaksanaan 3M ini harus dilaksanakan secara masif oleh semua orang  tanpa kecuali. Dengan demikian penyebaran Covid-19 dapat dikendalikan sehingga menekan jumlah korban dan collateral damage terutama di bidang ekonomi, sosial dan politik,” pungkasnya.(rid/lim)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs