Belum lama keluarga pedagang daging ayam di Pasar Simo Surabaya, Jawa Timur, itu berduka atas kepergian Sang Ayah. Ibu mereka, setelah menjalani perawatan sebagai pasien Covid-19, juga meninggal di Rumah Sakit Universitas Airlangga.
Kematian orang tua mereka membuat Budi dan Adi terpukul. Rina istri Budi, kembali berinisiatif mengajak suami dan kakak iparnya itu rapid test mandiri. Hasil tes cepat di salah satu rumah sakit swasta di Manukan Wetan pada 3 Mei, mereka tetap non reaktif.
Tidak hanya berinisiatif rapid test mandiri, Budi saat itu juga berinisiatif melapor ke Puskesmas Balongsari, bahwa ada keluarga mereka yang terjangkit Covid-19, yang meninggal di RSUA. Anak-anak pasutri Alim dan Sari itu pun segera menjadi ODP.
Puskesmas meminta mereka isolasi mandiri di rumah dan dijadwalkan mengikuti tes swab. Budi, Rina, Adi, dan Sulis, istri Adi, menjalani swab test di fasilitas PCR Drive-thru Rumah Sakit Premiere Surabaya, 12 Mei.
Hasil tes yang keluar pada 18 Mei tak kurang mengejutkan anak dan menantu pasangan Almarhum Alim (72 tahun) dan Almarhumah Sari (65 tahun), pasutri pedagang daging ayam di Pasar Simo.
Mereka tidak menyangka, justru Sulis, istri Adi, yang dinyatakan positif Covid-19 dari hasil tes swab dengan metode polymerase chain reaction (PCR) di Rumah Sakit Premiere Surabaya.
“Malah istrinya Mas Adi yang positif. Kami bertiga negatif. Dia sehari-hari kerjanya di pabrik biskuit di Rungkut,” kata Rina dalam percakapan via telepon dengan suarasurabaya.net, Senin (1/6/2020) lalu.
Adi suami Sulis membenarkan, istrinya bekerja di salah satu pabrik biskuit di kawasan Rungkut Surabaya. Menurutnya, ada sejumlah karyawan lain di pabrik itu yang juga terjangkit.
“Sampai sekarang pabriknya masih beroperasi. Karena enggak banyak, kok, sepertinya yang kena. Hanya beberapa saja dan katanya sudah dikarantina,” katanya kepada suarasurabaya.net.
Sejak dinyatakan positif Covid-19, Sulis pun menjalani observasi 14 hari di Asrama Haji Surabaya. Belakangan ini, Sulis, yang sudah menjalani isolasi di Asrama Haji Surabaya, termasuk pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh dan telah dipulangkan oleh Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya, Selasa (2/6/2020).
Di hari ketika Sulis dinyatakan positif terjangkit Covid-19 pada 18 Mei, Budi dan Rina mendapat kabar, dua pamannya yang juga dagang daging ayam di Pasar Balongsari, sakit dan menjadi PDP.
Rina pun mencarikan rumah sakit untuk kedua paman suaminya. Adi, kakak Budi, yang juga tinggal di kawasan Balongsari, tidak bisa menemani Rina, karena dia harus mengurus administrasi istrinya yang dikarantina di Asrama Haji.
Hari itu, Rina mengaku sudah sangat kesulitan untuk mencarikan rumah sakit rujukan Covid-19 milik pemerintah yang ruang isolasinya masih tersedia. Terpaksa dia membawa kedua pamannya ke salah satu rumah sakit swasta di Sukomanunggal.
Peristiwa tak terduga, yang dia alami bertubi-tubi, membuat Rina segera saja menyetujui aturan rumah sakit soal mekanisme perawatan pasien Covid-19.
Aturan di rumah sakit swasta itu, kalau seorang pasien BPJS Kesehatan terkonfirmasi positif Covid-19, secara otomatis mereka akan dialihkan menjadi pasien umum. Alasannya, itu sudah sesuai aturan pemerintah.
Kementerian Kesehatan, dalam surat edarannya, menanggung biaya penanganan pasien Covid-19 setelah rumah sakit mengajukan klaim. Karena itu penanganan Covid-19 tidak masuk dalam program BPJS Kesehatan.
Ada syarat lain yang juga disampaikan rumah sakit itu kepada Rina. Kalau kedua pamannya positif Covid-19, keluarga harus membayar uang pangkal Rp20 juta, yang akan dikembalikan ketika klaim biaya dari Kemenkes cair.
Kedua pamannya pun menjalani perawatan isolasi di rumah sakit itu. Hari itu, ketika Rina mengantar kedua Pamannya, Budi tidak ikut serta karena gejala pusing yang dia keluhkan beberapa hari itu semakin parah.
“Jadi waktu aku mengantar Paklik ke rumah sakit, suamiku tidak ikut. Dia di rumah karena sakitnya sudah agak berat,” ujarnya. Waktu itu Rina yakin, pusing yang dialami suaminya hanya karena penyakit vertigo yang kambuh akibat tekanan psikis.
Pandemi Covid-19 membawa petaka bagi keluarga pedagang daging ayam di Pasar Simo itu. Upaya mencari kesembuhan untuk keluarganya tak berhenti sampai di sana. Rina masih harus berjibaku pada hari-hari berikutnya.(den/rst)
Daftar artikel “Ramadan Muram Keluarga Pedagang Daging Ayam”: