Jumat, 22 November 2024

Tepat Hari Pahlawan, Maahir Abdulloh Tuntaskan Ekpedisi Bersepeda Bangun Literasi di 34 Provinsi

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Muhammad Mahir Abdulloh saat finish di kantor PMI Jakarta Selatan. Foto: Faiz suarasurabaya.net

Muhammad Maahir Abdulloh menuntaskan obsesi kecilnya menjelajahi Nusantara dengan bersepeda tepat pada 10 November 2020.

Dalam Ekspedisi Tunggal Jelajah Nusantara yang dimulai sejak 11 Maret 2018 itu, Maahir telah bersepeda sejauh 21.926 km melintasi 34 provinsi.

Dia juga sekaligus mendaki 30an gunung, termasuk di dalamnya pendakian ke tujuh puncak gunung tertinggi di Indonesia (7 Summits). Semua itu dia jalani selama lebih kurang 975 hari.

Maahir seorang diri bersepeda melintasi 34 provinsi di Indonesia. Bersepeda dipilih karena kesehariannya memang gemar menggunakan sepeda. Disamping sebagai alat transportasi ramah lingkungan dan tidak bising. Bersepeda memungkinkannya menikmati perjalanan tanpa distraksi.

Pria 25 tahun tersebut kesehariannya sebelum memulai perjalanan ini adalah anggota Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia Jakarta Selatan. Dia juga aktif di organisasi Pramuka, serta tergabung komunitas pencinta alam Pataga Indonesia.

Perjalanan panjang yang dimulai sejak 11 Maret 2018 semula ditargetkan finish di Jakarta pada Maret 2020. Namun perkiraan tersebut meleset.

“Karena lama di Papua. Banyak bikin taman baca di Kabupaten Mimika,” ujar Maahir usai tiba di kantor PMI Jakarta Selatan, Selasa (10/11/2020).

Dalam perjalanan hampir tiga tahun itu, Maahir merasakan suka dan duka. Sukanya, saat dia menginjakan kaki di Flores Nusata Tenggara Timur, di mana masyarakat di sana hangat menyambutnya tanpa membedakan suku dan agama.

Sedang dukanya, dia sedih dengan proses pengiriman buku-buku ke pelosok daerah yang masih banyak menemui kendala.

Selain agenda melintasi 34 provinsi, dalam ekspedisi ini, Maahir menargetkan pendakian di tujuh gunung tertinggi Indonesia.

“Pada akhir perjalanan, saya akan membuat buku. Bermaksud menjadi literasi karena selama ini belum ada panduan untuk ekspedisi seluruh provinsi di Indonesia,” jelasnya.

Ketiadaan referensi memang sudah jadi pergumulan Maahir ketika memulai ekspedisi. Akhirnya dia banyak berburu referensi secara mandiri. Dari pemetaan hingga literasi di tiap-tiap daerah.

Misi lainnya dalam perjalanan itu juga, adalah mendirikan 10 taman baca di sejumlah wilayah Indonesia. Sejauh ini sudah empat taman baca yang terbangun, termasuk di Papua.

Buku-buku untuk taman bacaan itu dikirim dari Jakarta lewat bantuan rekannya. Baik dari hasil donasi atau bantuan dari berbagai pihak yang turut melibatkan diri.

Dalam sekali pengiriman, meliputi 10 kilogram berat buku. Satu taman baca, ada yang mendapat lebih sekali pengiriman.

Mendirikan taman baca di Papua adalah satu diantara kenangan paling berkesan untuknya. Provinsi ini memang memberi banyak kenangan mendalam. Tidak heran, Maahir sampai menghabiskan sembilan bulan di sana. Paling lama dibanding provinsi lainnya. (faz/ang)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
32o
Kurs