Tenggat waktu dua minggu yang diberikan Joko Widodo Presiden agar angka Covid-19 di Jawa Timur turun, sudah habis terhitung Kamis (9/7/2020) hari ini. Namun kasus Covid-19 di Jawa Timur, khususnya di Kota Surabaya, masih belum ada tanda-tanda penurunan kasus.
Muhammad Fikser Koordinator Protokol Komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengatakan, saat ini Pemkot Surabaya masih melakukan berbagai upaya untuk menekan angka persebaran virus. Mulai dari memperketat protokol kesehatan, memperbanyak Kampung Tangguh, pemberian sanksi, hingga terjun langsung ke masyarakat untuk sosialisasi dan pembagian masker.
“Saya kira Pemerintah Kota (Surabaya) sama (Pemda) Sidoarjo dan Gresik sangat serius atas perintah presiden atas penanganan Covid-19. Pemkot sudah melakukan hal-hal masif dan melakukan edukasi melaksanakan protokol kesehatan, physical distancing, pembagian masker, sanksi yang dipertegas dan semua OPD diterjunkan,” kata Fikser kepada Radio Suara Surabaya, Kamis pagi.
Hingga saat ini, dilansir dari lawancovid-19.surabaya, terdapat 6.681 kumulatif kasus positif di Surabaya. Beberapa di antaranya 557 orang meninggal, 2.981 orang dalam perawatan dan 3.143 orang sembuh.
Namun menurut Fikser, data itu masih belum bisa menjelaskan jumlah kasus Covid-19 di Surabaya saat ini, terlebih dari upaya keras pemerintah yang melakukan pengetatan sepanjang dua minggu terakhir.
“Pengiriman hasil swab kan ada delay waktu, bisa saja yang kita terima belum keluar yang dua minggu ini. Kita harus tunggu yang terkonfirmasi dulu, kita tidak tahu kalau diperketat datanya jadi bagaimana,” katanya.
Alasan tersebut menurut Fikser bukan tanpa alasan. Pihaknya berdalih, selama ini Pemkot Surabaya sudah melakukan berbagai cara agar masyarakat patuh protokol kesehatan dan memperbanyak rapid test dan swab test massal.
“Ibu Wali Kota bahkan terjun langsung ke masyarakat ketika. Bahkan kalau ada yang rapidnya reaktif, PCR juga langsung kita jalankan,” ujar Fikser.
Menurutnya, saat ini ada tiga kecamatan yang menjadi perhatian serius Pemkot Surabaya dengan persebaran kasus Covid-19 paling tinggi, yakni Tambaksari, Gubeng dan Wonokromo. Untuk itu, pemerintah memperkuat sistem Kampung Tangguh. Ia juga menyebut, dari masyarakat sendiri sudah ada kesadaran yang melakukan lockdown wilayah.
“Ada salah satu gang di Tambaksari itu ditutup, mereka melakukan lock mandiri dan kami supply kebutuhannya,” tambahnya.
Fikser mengaku, untuk menurunkan angka kasus Covid-19 memang membutuhkan keterlibatan semua pihak. Bahkan Camat hingga Ketua RT/RW juga terjun langsung untuk memantau penerapan Kampung Tangguh di masing-masing wilayah.(tin/ipg)