Menanamkan karakter positif pada anak bisa lewat beragam cara. Namun, saat pandemi, ruang gerak anak serba terbatas. Kegiatan outdoor dibatasi, kegiatan belajar di sekolah pun masih daring.
Salah satu cara yang masih bisa dilakukan yaitu dengan membuat kerajinan tangan di rumah. Seperti yang dilakukan Andhika Pristina seorang ibu di Manukan, Surabaya. Dia mendukung putranya, Adhigana Romzy Prawira belajar jadi anak kreatif, berani, suka berbagi, dan peduli lingkungan lewat kreasi pot bunga dari handuk bekas.
Pristina bercerita kepada suarasurabaya.net, saat melihat banyak tetangganya membuang handuk bekas atau sekadar dijadikan lap, Gana, putranya yang saat ini kelas 4 SD punya ide menjadikan handuk bekas itu kerajinan tangan.
“Sebelumnya, Gana memang suka membuat kerajinan-kerajinan tangan. Di sekolahnya, sering diajak membuat kerajinan tangan. Dia kelihatan suka, dari situ, kan bagus kalau dikembangkan,” katanya.
Saat ada kompetisi Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup 2020, sebuah lomba proyek peduli lingkungan hidup jangka panjang, Pristina mendorong anaknya untuk ikut.
Tak disangka, sejak Februari 2020 sampai saat ini Gana bertahan sampai jadi finalis. Kompetisi masih berlangsung. Lewat lomba ini, Gana akhirnya belajar cara bersosialiasi dan mempresentasikan karyanya. Akibat pandemi, karena kompetisi digelar daring, ia juga belajar cara nge-vlog. Kata Pristina, sebelumnya Gana adalah anak yang pemalu, tidak berani bicara dan “takut kamera”.
Lewat kerajinan tangan itu juga, ia belajar berbagi. Handuk-handuk bekas yang ia pakai untuk membuat pot bunga, berasal dari banyak orang, mulai dari tetangga, keluarga besar, sampai guru-gurunya. Saat pot itu jadi, Gana membagikannya pada mereka. Total, sudah ada sekitar 55 pot bunga yang ia bagikan ke tetangga, guru, dan keluarganya.
“Tujuannya, gimana agar bisa melestarikan lingkungan. Jangan sampai handuk bekas, dibuang, dan jadi sampah. (Dibagikan) supaya menginspirasi semua orang,” kata Pristina.
Tak hanya itu, Gana juga belajar jadi anak kreatif dan tidak mudah puas. Awalnya, Gana hanya mengkreasikan handuk bekasnya jadi pot bunga. Tapi kini, handuk bekas juga disulapnya jadi tempat pensil, tempat lampu, sampai tempat budidaya hidroponik.
“Ini kan awalnya pot. Terus dia kembangkan, biar tidak monoton. Didukung keluarga, mau kayak gimana lagi nih (kreasinya). Dikembangkan. Akhirnya ada yang jadi (tempat) lampu dan tempat pensil. Juga ada hidroponik tower,” ujar Pristina.
Tak hanya itu, Gana juga sedikit banyak belajar “berbisnis” dari hasil kreasinya itu. Dibantu ibunya, sampai saat ini ia berhasil menjual 30 pot bunga kreasinya dengan harga Rp10 ribu.
“Sudah pernah dijual. Di masa pandemi ini dijual lewat online. Lewat Instagram. Laku 30 pot bunga. Harga Rp10 ribu. Yang beli masih di Surabaya saja,” katanya.
Lewat kerajinan tangan itu, Gana tidak hanya belajar mengolah barang bekas jadi karya. Tapi, juga memupuk karakter positif. Pristina mengajarkan pada kita, menanamkan karakter pada anak tidak melulu lewat kata-kata, tapi juga dorongan dan dukungan pada minat anak. (bas/iss)