Jumat, 22 November 2024

Sutandi: Salah Kalau Mal Hanya Cari Untung, Tanggung Jawab Moral Kami Besar

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Suasana mal Tunjungan Plaza Surabaya pada Selasa (17/3/2020) sore. Foto: dok. Hamim suarasurabaya.net

Sutandi Purnomosidi Ketua DPD Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Jawa Timur mengatakan, semua pelaku bisnis mal di Jatim sudah siap menghadapi era new normal.

“Di era New Normal kami harus terapkan protokol yang lebih ketat di masing-masing mal. Persepsi kami sama, keselamatan pengunjung nomor satu,” ujarnya di Radio Suara Surabaya, Rabu (27/5/2020).

Dia mengatakan, masyarakat harus melihat bahwa mal di Jatim saat ini sudah tidak sama seperti mal sebelum adanya pandemi Covid-19. Menurutnya, mal saat ini bukan lagi tempat keramaian.

“Mal itu sekarang ini pengunjungnya hanya seperempat atau hanya 25 persen dari kondisi normal. Kalau dulu mal tempat hangout, tempat jalan-jalan, cangkrukan, sekarang tidak lagi,” katanya.

Menurutnya, hanya orang yang memerlukan barang untuk dibeli, baik kebutuhan pokok atau pakaian (sandang) saja yang akan ke mal. Karena di era ini masyarakat lebih aman stay at home (tetap di rumah).

Karena itu pula Sutandi menegaskan, persepsi orang yang seringkali menyatakan bahwa pengelola mal tetap membuka mal selama pandemi hanya untuk cari untung adalah tudingan yang salah besar.

Sebaliknya, kata Sutandi, pengelola mal justru akan lebih untung bila sepenuhnya menutup mal yang mereka kelola. Dengan menutup mal, para pengelola bisa sepenuhnya terbebas dari beban biaya operasional.

“Saya katakan, salah besar kalau pengelola mal hanya cari untung. Kami akan lebih terbebas dari semua beban biaya dengan menutup mal. Tetapi kami punya tanggung jawab moral yang berat,” katanya.

Dia tegaskan, mal adalah industri padat karya. Di dalam satu mal ada sebanyak hampir 5.000-6.000 pekerja. Mulai dari cleaning service, security, pengelola parkir, sampai pekerja pemasaran (SPG/SPB).

“Kalau mal itu tutup, itu semua langsung nganggur. Mereka semua akan dirumahkan tanpa digaji. Terus bagaimana mereka bisa hidup? Padahal, tabungan mungkin pas-pasan. Nah, itulah yang membuat kami bertahan meskipun merugi,” ujarnya.

Itulah yang dia sebut tanggung jawab moral pengelola mal. Pengelola tidak menutup mal supaya pekerja bisa mendapatkan pemasukan untuk bisa makan setiap harinya.

Ada kurang lebih 34 anggota DPD APPBI di Jatim. Sutandi mengatakan, sebagai ketua APPBI dia tidak bisa serta merta memerintahkan anggota harus melakukan ini atau melakukan itu.

Namun, dia memastikan bahwa masing-masing manajemen mal punya tanggung jawab moral masing-masing, dan mereka telah bersepakat melaksanakan komitmen untuk menjaga keselamatan pengunjung.

“Soal optimisme. Kami akan bilang seperti ini. Life must go on. Hidup harus tetap berjalan. Satu kata yang kami percaya meskipun dalam kondisi sulit, badai pasti harus berlalu, kan? Semua pasti optimistis,” ujarnya.

Dia pun berpesan kepada seluruh pengelola mal dan masyarakat Jawa Timur umumnya agar tetap menjaga kesehatan, menjaga kebersihan, dan meningkatkan imunitas dengan tidak paranoid. “Itu intinya,” kata Sutandi.(den/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs