Jumat, 22 November 2024

Solusi Tata Kelola Pembangkit di Indonesia, PJB Luncurkan Re-Forge

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
PJB luncurkan Re-Forge kelola pembangkit di Indonesia. Foto: Humas PJB

Sebagai sebuah konsep kustomisasi model bisnis pengelolaan unit pembangkit listrik, sekaligus solusi tata kelola pembangkit di Indonesia, PJB luncurkan Re-Forge.

Berkembangnya dunia bisnis ketenagalistrikan, tuntutan dalam pengelolaan pembangkit juga semakin beragam, mulai dari peningkatan kinerja pembangkit hingga biaya pokok produksi yang lebih kompetitif.

PJB menjadi yang pertama di Indonesia menjawab tantangan tersebut melalui Re-Forge (Reliable And Efficient Powerplant Management), sebuah konsep kustomisasi pengelolaan pembangkit untuk unit pembangkit dengan kapasitas yang relatif kecil (<50 MW) yang menjadi bagian dari Standardisasi Produk 2.0.

Re-Forge merupakan konsep kustomisasi yang dilakukan agar model bisnis pengelolaan unit pembangkit menjadi lebih terpusat dan tidak ada redundansi proses. Tidak hanya pengelolaannya yang terpusat, namun analisa juga dilakukan secara terpusat oleh para expertise di bidang pembangkit sehingga analisa pun menjadi lebih akurat.

Untuk pengimplementasian Re-Forge, PJB melaksanakan peresmian secara virtual untuk Go-Live Re-Forge PLTU Tembilahan, yang juga dihadiri oleh Wiluyo Kusdwiharto selaku Direktur Bisnis Regional Sumatera dan Kalimantan PT PLN (Persero), Supriyadi selaku EVP Operasi Regional Sumatera PT PLN (Persero), Mukhtar selaku EVP Operasi Regional Kalimantan PT PLN (Persero), serta jajaran DireksI PT Pembangkitan Jawa-Bali.

PLTU Tembilahan sebagai Pilot project dari Re-Forge ini menggunakan aplikasi Maximo sebuah aplikasi Enterprise Asset Management yang telah dikostumisasi sesuai dengan BMS Re-Forge.

“Aplikasi Maximo sendiri sudah umum digunakan dalam Pembangkit Listrik namun kostumisasinya berbeda dengan Re-Forge. PLTU Tembilahan akan menjadi unit yang pertama kali mengimplementasikan Re-Forge dengan Implementasi Re-Forge akan memberikan bantuan terhadap pembangkit-pembangkit berkapasitas kecil terutama dalam meningkatkan keandalannya,” terang Wiluyo Kusdwiharto, Direktur Bisnis Regional Sumatera dan Kalimantan PT PLN (Persero), Senin (15/6/2020).

Hal ini senada dengan rencana ke depan dimana PLTU Bangka, PLTU Belitung, PLTU Bolok, serta PLTU Ropa akan menjadi unit yang selanjutnya mengimplementasikan konsep Re-Forge.

Dengan kehadiran konsep kustomisasi Re-Forge memberikan keunggulan bagi unit pembangkit PJB maupun pembangkit-pembangkit dari IPP lainnya, karena selain mengefisiensikan proses bisnis yang kompleks, Re-Forge juga dapat mengoptimalkan kapabilitas SDM, dan menyederhanakan pola komunikasi antara PJB, PJB Services (selaku anak perusahaan yang mengelola unit jasa operation & maintenance) dan unit pembangkit menjadi lebih sederhana.

Re-Forge ini mengambil konsep waralaba yang berkembang di Indonesia. Pemilik pembangkit tidak perlu direpotkan untuk mengurusi perancanaan, supervise enginering, sampai mengatur supply chain yang harus dilakukan karena hal-hal tersebut secara terpusat dan terkendali akan dilaksanakan oleh PJB.

Hal ini dapat berdampak kepada lebih fokusnya pemilik pembangkit pada pengoperasional pembangkit saja sehingga akan mengurangi jumlah SDM yang diperlukan dan akan berimbas kepada penghematan biaya jangka panjang.

Sementara itu Iwan Agung Firstantara Direktur Utama PT PJB, Re-Forge tidak hanya menjadi jawaban terhadap tantangan yang ada namun juga menjadi satu diantara cara dalam menyelaraskan program dengan Strategic Inisiative Grand Strategy PJB yang akan diangkat selama lima tahun kedepan. Dimana satu diantaranya merujuk pada rencana implementasi digitalisasi monitoring dan evaluasi untuk semua pembangkit PJB (existing dan UBJOM) dan IPP.(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
34o
Kurs