Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menargetkan ada perubahan status dari zona oranye menuju ke zona kuning penanganan Covid-19 dalam dua pekan ke depan.
Hudiyono Pj. Bupati Sidoarjo mengatakan, wilayahnya pernah masuk dalam zona merah selama kurang lebih 5 bulan sejak bulan Maret bersama dengan Surabaya dan Gresik.
“Saat ini, berdasarkan peta sebaran Gugus Tugas Covid-19 Pusat, Sidoarjo sudah dinyatakan menjadi zona oranye,” ujarnya usai melakukan kunjungan ke RSUD Sidoarjo, dilansir Antara, Senin (12/10/2020).
Pihaknya bersama jajaran Forkopimda Sidoarjo terus melakukan upaya-upaya pencegahan di lapangan dengan memaksimalkan 3T dan melakukan operasi yustisi agar penerapan protokol kesehatan dan terus digencarkan.
“Alhamdulillah, Sidoarjo yang dulunya pernah pernah menjadi salah satu episentrum penyebaran Covid-19 di Jawa Timur kini mulai terkendali, kasus aktif di Sidoarjo kini hanya tersisa 511 atau setara dengan 7,52 persen saja. Prosentase ini jauh lebih rendah dari kasus aktif nasional yakni 19.68 persen. Sementara itu, kesembuhan telah mencapai 85.84 persen angka ini melebihi kesembuhan nasional yakni 76.78 persen. Artinya penanganan Covid-19 di Sidoarjo sudah on the right track,” Ujar Hudiono
Dalam rangka memaksimalkan penanganan Covid-19 di Kabupaten Sidoarjo. Saat ini Pj. Bupati Sidoarjo bersama jajaran Forkopimda tengah melakukan sidak mendadak di rumah sakit rujukan Covid-19. Ada dua rumah sakit yang dikunjungi, yakni RSUD Sidoarjo dan rumah Sakit Anwar Medika Krian.
Dari data yang diperoleh Pj. Bupati bersama forkopimda ada penurunan jumlah pasien yang dirawat. Di RSUD Sidoarjo ada 76 pasien yang dirawat, dari jumlah tersebut sekitar 30 persen pasien rujukan dari luar daerah.
“Termasuk Rumah Sakit Anwar Medika merawat 22 pasien Covid-19, dari jumlah tersebut 5 orang pasien rujukan dari Kabupaten Malang,” ucapnya.
Ia menjelaskan, total ada 11 rumah sakit rujukan di Sidoarjo yang rencananya rumah sakit rujukan Covid-19 akan disesuaikan dengan menurunnya kasus Covid-19 di Sidoarjo.
“Rencana kebijakan pengurangan rumah sakit rujukan karena didasarkan pada fakta di lapangan antara jumlah tempat tidur (TT) yang tersedia dengan jumlah pasien yang dirawat,” ucapnya.
Ia mengatakan, seperti di RSUD yang menyediakan 175 (TT) yang terisi hanya 76 TT. Artinya BOR RSUD hanya 43.42 persen, angka ini sudah sesuai dengan standar WHO yakni 60 persen. Begitu juga dengan rumah sakit rujukan lainnya di Sidoarjo kondisinya kurang lebih sama, artinya ketersediaan bed Isolasi relatif aman.
“Guna memaksimalkan peran RS Rujukan Covid-19 dan mencegah penularan di Rumah Sakit, saat ini kami sedang mempertimbangkan untuk memfokuskan penanganan Covid-19 pada beberapa rumah sakit rujukan saja. Jika kajian ini sudah diputuskan bersama maka segera akan kita usulkan ke Gubernur Jawa Timur,” ujarnya. (ant/ang)