Nuning Rodiyah Komisioner KPI Pusat bidang Kelembagaan mengajak agar lembaga penyiaran seperti radio dan televisi mengilhami semangat perjuangan Bung Tomo, pahlawan nasional asal Surabaya.
“Kita tahu persis Bung Tomo, menggelorakan perlawanan lewat media radio. Ini harus menginspirasi semuanya, radio, televisi, sebagai penyuara penyemangat masyarakat untuk hal positif,” ujar Nuning di sela acara Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa (GLSP) di Gedung Rektorat Unesa, Surabaya pada Kamis (6/2/2020).
Ia mengatakan, televisi dan radio saat ini masih menjadi media yang dikonsumsi masyarakat. Melalui program Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa (GLSP) yang perdana digelar di Surabaya, makin banyak masyarakat kritis dan menjadi agen literasi media.
“Cara memilih konten yang baik, yang paling utama, adalah melihat klasifikasi program siaran. Di sisi layar bawah sebelah kiri, televisi sudah mencantumkan klasifikasi, untuk ortu dan penonton, ini tontonan layak untuk siapa,” kata Nuning.
“Pembawa programnya. Pembawa program yang berkualitas akan terus bawa pembawa program yang baik lainnya, begitupun sebaliknya, itu terpola. Penonton kita harus tahu persis. Oleh karena itu, di setiap titik, kita ajak program berkualitas,” lanjutnya.
Prof. Nurhasam Rektor Unesa berpendapat serupa. Menurutnya, saat ini informasi bergerak dengan kecepatan luar biasa. Masyarakat perlu menanggapi banyak informasi dengan lebih arif dan bijak.
“Sehingga tujuannya, masyarakat kita mampu membedakan, tayangan berkualitas dan yang banyak konten negatifnya. Harapannya, KPI, dengan ini, budaya yg tidak sesuai kita tangkal,” katanya.
Di sisi lain, Meutya Hafidz Ketua Komisi I DPR RI yang juga hadir dalam acara ini mengatakan, saat ini kreativitas dan kualitas menjadi kunci utama pada industri penyiaran seperti televisi dan radio.
“Kalau kita lihat sosial media, mungkin menghibur, tapi dari sisi kualitas, apa itu hoaks tidak, belum terverifikasi. Yang kita harapkan keluar dari layar televisi kita adalah siaran yang juga menghibur dan terkontrol. Ada check and balances yang baik, ada unsur budaya yang baik. Kita justru hadapkan, bukan bersiang media soisal, tapi melahirkan produk yang berbeda dengan medsos tapi diminati masyarakat,” jelasnya.
Sebagai informasi, Gerakan GLSP ini digagas KPI sebagai pelaksanaan undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran yang mengamanatkan KPI bersama masyarakat untuk melakukan literasi media. Selain Surabaya, beberapa daerah di Indonesia juga akan menjadi lokasi pelaksanaan even ini seperti Jogjakarta, Solo, Manado, Medan, Kebumen, Sorong, Mamuju, dan Lombok. (bas/tin/ipg)