Sabtu, 23 November 2024

Seminar Kebangsaan: Percaya Sila Pertama Pancasila Wajib Memuliakan Manusia

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Seminar kebangsaan bertajuk "Pancasila-Nial, Pancasila Milenial" yang digelar Sekolah Kerasulan Umum (SKU) Keuskupan Surabaya di Gedung Pasca Sarjana Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya pada Minggu (12/1/2020). Foto: Baskoro suarasurabaya.net

Pancasila perlu dipahami dan dilaksanakan secara komprehensif pada setiap sila yang ada. Sebab, antar sila merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah. Ini dikatakan Gus Aan Anshori Koordinator Presidium Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) dalam seminar kebangsaan bertajuk “Pancasila-Nial, Pancasila Milenial” yang digelar Sekolah Kerasulan Umum (SKU) Keuskupan Surabaya di Gedung Pasca Sarjana Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya pada Minggu (12/1/2020).

Gus Aan berpendapat, seseorang yang mempercayai Ketuhanan Yang Maha Esa, maka dia seharusnya juga seorang yang akan melaksanakan keempat sila lain dalam Pancasila.

“Jika kita mempercayai sila pertama, maka kita akan melayani manusia dengan kemanusiaan yang beradab, menjaga persatuan Indonesia melalui model demokrasi agar tercipta keadilan sosial,” ujar Gus Aan pada Minggu (12/1/2020).

Hal ini dikuatkan oleh RD. Yuventius Devi Ghawa Pastur Pelayanan Pastoral Mahasiswa. Ia berpendapat, adalah hal yang logis jika seorang yang beriman pada Tuhan harusnya juga mampu memanusiakan manusia.

“Maka akan jadi logis jika, saya orang yang beriman, saya memuliakan Tuhan, otomoatis saya memuliakan manusia, saya setuju sekali. Harusnya yang dikatakan beriman di era milenial sekarang itu seperti itu,” katanya.

Pancasila saat ini tengah mendapat ancaman serius dari intoleransi. Seperti diketahui, banyak kasus intoleransi di Indonesia saat ini dibalut dengan kemasan agama. Menurut Gus Aan, hal ini bukanlah sesuatu yang kebutulan.

“Intoleransi bukan sesuatu yang kebetulan. Tapi melalui pendidikan dan pengajaran. 63 persen guru muslim intoleran (Hasil penelitian pusat pengkajian Islam dan Masyarajat UIN Syarif Hidayatullah, red), mangkanya menjadi wajar siswa-siswinya intoleran,” jelasnya.

Menurutnya, hal ini terjadi karena masih banyak pengajaran islam di Indonesia yang menggunakan cara pandang klasik. Salah satu doktrinnya, menurut gus Aan adalah pandangan bahwa umat islam tengah terancam.

“Sepanjang doktrin ini tidak bisa dinegosiasikan akan jadi problematik dan turunannya bisa kemana-mana,” tegasnya.

Yulius Sikku Ketua Panitia mengatakan, kaum milenial memiliki peran yang sangat besar untuk menggerakkan semangat toleransi dan deradikalisasi. Ia berharap, seminar ini mampu mengajak masyarakat untuk ikut menjadi penyebar ideologi Pancasila di tengah masyarakat melalui media daring dan media sosial.

Seminar kebangsaan ini juga dihadiri oleh Alois Wisnuhardana Stafsus Presiden dan Agatha Lydia Natania Anggota Badan Penasehat Orang Muda Internasional.(bas/tin)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs