Diskusi tentang lanjut tidaknya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya Raya terus menghangat menyusul pernyataan Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya dalam rapat yang akan digelar di Gedung Negara Grahadi, Minggu (7/6/2020) malam kemarin. Risma mengusulkan agar PSBB di Kota Surabaya tidak diperpanjang.
Lewat Radio Suara Surabaya pada Senin (8/6/2020), pendengar saling dilih berganti menyampaikan pendapatnya, setuju dihentikan namun tidak sedikit juga yang mengkhatirkan jika PSBB tidak dilanjutkan.
“Kita harus mempertimbangkan kepentingan banyak pihak, banyak yang kesulitan dengan kehidupan sehari-hari mereka selama PSBB. Jadi memang kondisi warga Surabaya masih ada yang kebutuhannya harus kerja dulu, ” kata Nicky Ongadi (42) pendengar Radio SS warga Jagalan, Kota Surabaya.
Nicky pengusaha di bidang ekspedisi yang sebenarnya tidak terpengaruh dengan pemberlakuan PSBB menginginkan PSBB segera diakhiri. Para pekerja kasar seperti kuli bangunan, kuli di pelabuhan dan pekerja harian lain sudah kesulitan mencari nafkah, apalagi jika PSBB masih akan diperpanjang hingga keempat kalinya.
Selain mempengaruhi perekonomian masyarakat, PSBB dinilai tidak terlalu berpengaruh karena penerapan aturan yang masih longgar. Pemerintah dianggap belum tegas dalam menindak pelanggar sehingga makin banyak masyarakat yang berani tidak patuh pada aturan.
Imam Tohari (30) pengusaha mengatakan, selama ini ia sudah tertib pada aturan PSBB dengan menutup kedainya. Namun ketika melihat bisnis kedai lainnya buka, diapun membuka usahanya dengan protokol kesehatan yang ketat.
“Saya buka dengan layanan take away. Saya rasa mau diperpanjang berapa kalipun kalau aturan tidak tegas ya percuma,” terangnya.
“Ok lah, PSBB tidak diperpanjang, kita disuruh berdamai, asal upaya peningkatan unit bisnis kecil ini tumbuh lagi.”
Sementara itu Puguh Sanjaya (46) warga Kelurahan Airlangga, Gubeng, Surabaya yang menjadi koordinator kampung pengendalian Covid-19 di kampungnya justru merasa resah.
“Kami tiap hari harus obrak-obrak ,ya warung, dan pedagang-pedagang itu. Lha gimana, di kita sudah ada satu keluarga meninggal karena Covid-19, sudah di tes massal, habis itu ada yang terpapar lagi. Makanya saya mohon Bu Wali Kota turun ke jalan, melihat langsung kondisi sekarang,”
“Kami tiap hari jaga gantian, tapi setiap hari juga harus diingatkan, saya tidak setuju kalau diakhiri. Kami yang bersentuhan langsung, merasa kalau PSBB diakhiri orang-orang makin menyepelekan Covid,” keluh Puguh.
Senada dengan Puguh, pendengar atas nama Maskur juga mengaku khawatir jika PSBB dihentikan.
“Jangan dulu karena kan tren nya masih tinggi, Surabaya masih zona merah pekat. Saya kasian dengan lansia dan anak-anak jika mereka kena,” terangnya.
Selain melalui radio, beberapa netter juga mengatakal hal serupa di kanal instagram @suarasurabayamedia.
“Setuju Bu karena tidak efektif sama sekali. Tapi Mohon kesadarannya untuk semua masyarakat akan protokol kesehatan ini. Semoga wabah ini cepat berlalu. Aamiin aamiin ya rabbal alamiin,” tulis @permanaksatria.
“Setuju bu,penerapan psbb,tidk berdampak,justru bertambah tiap hari mendingan protokolnya di perhatikan,itu yg lbh efektif,” tulis @uranlaurent.
“Saya mendukung bu rismaa! Semangat buu, jangan di perpanjang😭 lihatlah jeritan wargamu yang tidak bisa bekerja gegara psbb😭,” tulis @amelliaads.
Wali Kota Surabaya dalam rapat yang akan digelar di Gedung Negara Grahadi, Minggu (7/6/2020) malam mengatakan, meskipun nanti PSBB itu dilonggarkan, ia mengarahkan agar protokol kesehatan terus diperketat, termasuk di hotel, restoran, mal, warung dan berbagai bidang lainnya.(tin/rst)